Vaksinasi di Papua Fokus pada Daerah Interaksi Tinggi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan pemberian vaksinasi covid-19 di Papua fokus pada daerah dengan interaksi masyarakat tinggi.

”Saya sangat memahami geografis yang medannya sangat berat terutama di pegunungan. Saya titip untuk kabupaten/kota yang interaksinya tinggi, itu lebih fokus di sana saja,” ujar Jokowi saat meninjau pelaksanaan vaksinasi massal secara virtual di 17 provinsi dari Istana Negara, Jakarta, Jumat, 18 Februari 2022.

Jokowi juga memaklumi kesulitan daerah kepulauan seperti Maluku dalam mendistribusikan vaksin covid-19. Dia menyambut baik pencapaian vaksinasi covid-19 di Maluku yang mencapai 69 persen.

”Catatan saya, di Maluku vaksinasi dosis pertama 69 persen dan dosis kedua 39 persen. Didorong agar dosis kedua mendekati dosis pertama. kondisi geografis berpulau-pulau di Maluku tidak mudah, saya menghargai capaian 69 persen agar dipercepat lagi,” kata Jokowi.

Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri melaporkan kepada Jokowi bahwa vaksinasi covid-19 dosis pertama di tujuh kabupaten di Provinsi Papua telah mencapai 70 persen. Sedangkan untuk vaksin dosis kedua cakupan rata-rata baru 53 persen.

Menurut Mathius, ada 22 kabupaten yang sangat jauh dan sulit dijangkau. Sehingga, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua membaginya dalam klaster untuk program vaksinasi.

Klaster pertama, untuk pekan olahraga nasional (PON), yakni Kota Jayapura dan Merauke yang vaksinasinya cukup baik. Klaster kedua, untuk daerah transit seperti kabupaten Nabire, Wamena, Biak, Serui.

Vaksinasi di daerah-daerah transit ditargetkan bisa mencapai 55 persen pada akhir Maret 2022. Terakhir, daerah yang berada di klaster pegunungan, lembah, dan pesisir dengan cakupan vaksinasi baru 2 persen.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini