MATA INDONESIA, NEW DELHI – India menyetujui vaksin Covid-19 dosis tunggal buatan Johnson & Johnson untuk penggunaan darurat. Hal ini dikatakan oleh Menteri Kesehatan India, Mansukh Mandaviya dalam akun Twitter-nya.
Vaksin Johnson & Johnson akan dibawa ke India melalui perjanjian pasokan dengan pembuat vaksin lokal, Biological E Ltd, demikian pernyataan pihak perusahaan. Akan tetapi, pihak perusahaan mengatakan terlalu dini untuk memberikan batas waktu pengiriman.
“Sementara kami berharap dapat memenuhi komitmen pengiriman kami, masih terlalu dini bagi kami untuk berspekulasi tentang waktu pengiriman vaksin kami,” kata pihak Johnson & Johnson, melansir Reuters.
Otoritas kesehatan India sejauh ini telah menyetujui penggunaan vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca (AZN.L), Bharat Biotech, Institut Gamaleya Rusia, serta Moderna (MRNA.O).
Terlepas dari persetujuan vaksin Moderna pada Juni, belum ada satu dosis pun yang tiba karena perselisihan tentang perlindungan hukum yang dicari oleh perusahaan.
Tidak jelas apakah J&J telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah terkait masalah hukum. Sementara rekan perusahaan Amerika Serikat, Pfizer belum meminta izin untuk penggunaan vaksinnya di India.
“Keputusan ini didasarkan pada data efikasi dan keamanan topline dari uji klinis ENSEMBLE Fase 3, yang menunjukkan bahwa vaksin sekali pakai kami 85 persen efektif dalam mencegah penyakit parah di semua wilayah yang diteliti, dan menunjukkan perlindungan terhadap rawat inap dan kematian akibat Covid-19, dimulai 28 hari setelah vaksinasi,” demikian pernyataan Johnson & Johnson.
“Ini adalah langkah maju yang penting dalam mempercepat ketersediaan vaksin Covid-19 kami untuk membantu mengakhiri pandemi,” sambung pernyataan tersebut.
Kasus virus corona di seluruh dunia melampaui angka 200 juta pada awal pekan ini. Angka tersebut melonjak menyusul hadirnya varian Delta yang diyakini lebih menular, sehingga mengganggu sistem perawatan kesehatan.
India telah melaporkan rata-rata 30 ribu hingga 40 ribu kasus Covid-19 baru setiap hari sejak Juli. Meskipun kasus harian telah turun dari 400 ribu pada puncak gelombang kedua, pemerintah federal telah memperingatkan bahwa bahaya belum usai.