USD dan Mata Uang Asing Lain Dilarang Beredar di Afghanistan

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Pemerintah Taliban melarang total peredaran mata uang asing di bumi Afghanistan. Ini merupakan sebuah langkah yang pasti akan menyebabkan gangguan lebih lanjut terhadap ekonomi Afghanistan yang kini di ambang kehancuran.

Langkah mengejutkan itu terjadi beberapa jam setelah sedikitnya 25 orang tewas dan lebih dari 50 orang terluka ketika orang-orang bersenjata menyerang rumah sakit militer terbesar Afghanistan setelah dua ledakan besar di lokasi di Kabul tengah.

“Situasi ekonomi dan kepentingan nasional di negara itu mengharuskan semua warga Afghanistan menggunakan mata uang Afghanistan dalam setiap perdagangan mereka,” kata Taliban dalam sebuah pernyataan yang dibagikan kepada wartawan oleh salah satu juru bicara mereka, melansir Reuters, Rabu, 3 November 2021.

Penggunaan mata uang USD tersebar luas di pasar Afghanistan, sementara daerah perbatasan menggunakan mata uang negara tetangga, seperti Pakistan untuk perdagangan.

Pemerintah Taliban mendesak untuk melepaskan miliaran USD cadangan bank sentral ketika negara yang dilanda kekeringan itu menghadapi krisis uang tunai, kelaparan massal, dan krisis migrasi baru.

Afghanistan memarkir aset miliaran USD di luar negeri dengan Federal Reserve AS dan bank sentral lainnya di Eropa. Akan tetapi, semua aset itu telah dibekukan sejak Taliban menggulingkan pemerintah yang didukung Barat pada Agustus.

Meskipun kekuatan Barat ingin mencegah bencana kemanusiaan di Afghanistan, mereka menolak untuk secara resmi mengakui pemerintah Taliban.

Sebelumnya, Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa lebih dari setengah populasi Afghanistan atau sekitar 22,8 juta orang, berisiko kekurangan gizi akut dan kematian dalam beberapa bulan mendatang dengan 1 juta anak berisiko meninggal dunia.

Jutaan USD akan dibutuhkan untuk mencegah skenario terburuk, kata WFP, tetapi uang tunai ditahan oleh pemerintah yang khawatir sumbangan mereka akan dijarah oleh Taliban.

WFP juga memperingatkan bahwa tingkat kemiskinan yang dulunya terbatas di daerah pedesaan negara itu kini melanda kota-kota besar, yang semuanya menghadapi kekurangan pangan musim dingin ini.

Sementara itu, sebuah laporan Save the Children memperingatkan bahwa keluarga menjual sedikit yang mereka miliki untuk membeli makanan, mengirim anak-anak mereka untuk bekerja atau bertahan hidup dengan roti saja.

Kurangnya bantuan asing juga berdampak berbahaya pada sistem perawatan kesehatan di Afghanistan. Staf medis tidak dibayar dan tidak ada dana untuk membeli obat-obatan serta perlengkapan medis.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Produksi Sampah di Jogja masih Didominasi Bahan Organik, DLH Jogja Minta Masyarakat Terapkan Biopori

Mata Indonesia, Yogyakarta - Ketua Tim Penanganan Sampah, DLH Kota Jogja, Mareta Hexa Sevana, menyoroti dominasi sampah organik dalam produksi sampah di wilayahnya yang mencapai lebih dari 50 persen. Mareta menekankan pentingnya perhatian terhadap masalah ini, terutama dari rumah tangga di Kota Yogyakarta.
- Advertisement -

Baca berita yang ini