MATA INDONESIA, RABAT – Maroko kabarnya tertarik untuk membeli Iron Dome Israel guna mempertahankan diri dari ancaman udara Aljazair. Meski demikian, beberapa sumber pertahanan mengatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak mungkin ditandatangani dalam waktu dekat.
Menurut situs berita Le Desk berbahasa Prancis, Rabat telah menyatakan minatnya pada sistem yang diproduksi oleh Rafael Advanced Defense Systems untuk mencegat mortir, roket, dan drone.
Melansir The Jerussalem Post, Senin, 8 November 2021, laporan tersebut menyatakan bahwa Iron Dome akan memastikan pertahanan yang lebih baik dari tembok pasir di Sahara, tetapi juga zona sipil dan militer yang sensitif.
Sebagaimana diketahui, Iron Dome membawa bahan peledak seberat 24 pon dan dapat mencegat proyektil yang datang dari jarak empat hingga 70 kilometer. Itu dapat menghitung apakah roket akan mendarat di area terbuka atau pusat-pusat sipil, dan dengan demikian memilih apakah akan mencegatnya.
Dirancang untuk menembak jatuh roket jarak pendek, Iron Dome merupakan komponen integral dari sistem pertahanan berlapis Israel, dan telah digunakan dalam beberapa perang dan puluhan putaran konflik antara Israel dan kelompok teror di Jalur Gaza.
Maroko membangun tembok sepanjang 2.700 kilometer di provinsi selatannya pada 1980-an untuk mempertahankan negara tersebut dari Polisario – kelompok militan yang didukung Aljazair yang telah berjuang untuk kemerdekaan dari Rabat. Diketahui, Front Polisario mencari kemerdekaan penuh untuk Sahara Barat.
Ketegangan baru-baru ini kembali meningkat dengan Aljazair, yang memutuskan hubungan diplomatik pada Agustus dengan alasan tindakan bermusuhan oleh Maroko, yang membantah tuduhan itu.
Menurut Defense News dan publikasi Prancis Africa Intelligence, kedua negara saat ini sedang mengerjakan pengembangan proyek untuk memproduksi drone untuk memperkuat kekuatan udara Maroko.
Menurut sebuah laporan di Haaretz, hubungan militer antara Israel dan Maroko terutama melibatkan kerja sama intelijen dan perdagangan senjata.
Pada Januari 2020, tentara Maroko menerima tiga drone pengintai Israel dalam kesepakatan senilai 48 juta USD. Kesepakatan antara kedua negara ditandatangani pada 2014 dan ditutup melalui perusahaan Prancis Dassault.
Kemudian pada Juni, sebuah C-130 Maroko mendarat di Israel untuk mengambil bagian dalam latihan internasional, pertama kalinya platform angkatan udara Maroko mendarat di Israel.