MATA INDONESIA, JAKARTA – Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur! Seperti diketahui massa pro demokrasi mendesak Prayuth untuk mengundurkan diri dari jabatan yang diambil alih olehnya melalui kudeta pada 2014.
Para pengunjuk rasa bahkan telah melakukan aksinya selama berbulan-bulan dan bertahan di depan kantornya. Meski demikian, Prayuth tampak abai. Ia justru mengultimatum para pengunjuk rasa untuk mengakhiri aksi mereka.
“Saya tidak akan berhenti!” tegas Prayuth Chan-ocha, melansir Reuters, Jumat, 16 Oktober 2020.
Pemerintah Thailand sebelumnya mengeluarkan dekrit keadaan darurat untuk menghentikan gelombang protes para demonstran yang menginginkan sang Perdana Menteri turun dan seruan untuk reformasi pada kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn.
Para demonstran menilai, sistem yang diterapkan oleh sang Raja kian memperkuat pengaruh militer dalam politik selama beberapa tahun belakangan. Protes yang dilakukan para demonstran sendiri berjalan damai, sebelum akhirnya terjadi kekacauan pada Rabu, 14 Oktober 2020.
“Pemerintah harus menggunakan peraturan darurat. Kami harus melanjutkan karena situasinya menjadi kekerasan. Ini digunakan selama 30 hari atau kurang jika situasinya mereda,” sambungnya.
“Tunggu dan lihat saja. Apabila Anda melakukan kesalahan, maka kami akan menggunakan hukum,” tutup Perdana Menteri berusia 66 tahun itu.