MATA INDONESIA, KIEV – Ukraina melaporkan kematian pertama seorang tentara di dekat perbatasan Rusia. Kiev juga menuduh kelompok separatis yang didukung Moskow meningkatkan serangan – menambah kekhawatiran akan invasi Rusia yang akan segera terjadi.
Komando militer gabungan untuk Ukraina timur mengatakan seorang tentara menerima luka pecahan peluru yang fatal di zona konflik yang melintasi dua wilayah separatis dekat perbatasan Rusia. Layanan darurat Ukraina juga melaporkan dua stafnya mengalami luka.
Militer Ukraina mengatakan kelompok separatis menggunakan mortir kaliber 82 dan 120 milimeter – yang dilarang berdasarkan kesepakatan gencatan senjata sebelumnya di kota-kota di garis depan yang melintasi wilayah timur Lugansk dan Donetsk.
“Kelompok separatis menembakkan peluru artileri ke pusat-pusat populasi dan menempatkan sistem artileri mereka di dekat rumah-rumah penduduk,” kata militer Ukraina, melansir English Al Arabiya, Sabtu, 19 Februari 2022.
“Dengan cara ini, musuh kami mencoba memaksa angkatan bersenjata kami untuk membalas tembakan dan kemudian menyalahkan mereka karena menembaki warga sipil,” sambungnya.
Militer Ukraina menambahkan bahwa mereka terus menolak dan menahan agresi bersenjata tanpa menyerang warga sipil dan menuduh Rusia mengarahkan serangan sekutunya. Namun, Moskow secara resmi membantah terlibat dalam konflik tersebut dan mengatakan sebagai urusan internal Ukraina.
Tetapi pengawas dari badan keamanan Eropa, OSCE telah melaporkan pengiriman reguler senjata Rusia melintasi perbatasan selama perang delapan tahun. OSCE melaporkan sebanyak 870 pelanggaran gencatan senjata besar-besaran terjadi di seluruh zona konflik.
“Dalam beberapa hari terakhir, Pemantauan Khusus OSCE ke Ukraina (SMM) telah mengamati peningkatan dramatis dalam aktivitas kinetik di sepanjang garis kontak di Ukraina timur,” kata OSCE dalam sebuah pernyataan.
Para pemimpin pemberontak menuduh angkatan bersenjata Ukraina mencoba merebut kembali dua wilayah separatis mereka dengan paksa – tudingan yang dibantah keras Kiev, dan menyatakan mobilisasi militer besar-besaran.