Turki Enggan Tampung Pengungsi Afghanistan

Baca Juga

MATA INDONESIA, ANKARA – Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu menegaskan bahwa negaranya tidak dapat menerima masuknya migran yang melarikan diri dari Afghanistan.

Statement ini dilontarkan ketika pemerintah asing berupaya mengevakuasi warganya dan warga Afghanistan yang memilih meninggalkan negaranya yang kini dipimpin oleh Taliban.

“Sebagai Turki, kami telah cukup melaksanakan tanggung jawab moral dan kemanusiaan kami terkait migrasi,” kata Cavusoglu dalam konferensi pers bersama dengan rekannya dari Jerman, Menteri Luar Negeri Heiko Maas, melansir Al Monitor.

“Tidak mungkin bagi kami untuk menanggung beban pengungsi tambahan,” kata Cavusoglu di provinsi Antalya selatan Turki.

Turki menampung jumlah pengungsi terbesar di seluruh dunia, termasuk lebih dari 3,7 juta warga Suriah terdaftar yang diberikan perlindungan dari perang saudara selama satu dekade. Dan lebih dari 300 ribu warga Afghanistan kini telah menjadi populasi pengungsi terbesar kedua di Turki.

Sejak 2016, Uni Eropa telah menyediakan miliaran euro sebagai imbalan untuk Ankara demi mencegah pengungsi yang terikat Eropa meninggalkan perbatasan Turki. Namun dalam beberapa tahun terakhir, sikap publik terhadap pengungsi telah memburuk.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sebelumnya meyakinkan publik bahwa Turki tidak memiliki kewajiban apa pun untuk menjadi tempat yang aman bagi para pengungsi Afghanistan.

Di tengah lonjakan pengungsi Afghanistan, polisi perbatasan Turki telah meningkatkan pengawasan dan deportasi di sepanjang perbatasan selatan negara itu. Sementara Yunani membangun pagar sepanjang 40 kilometer (25 mil) untuk mencegah warga Afghanistan yang melarikan diri menembus negara mereka.

Komentar Cavusoglu datang ketika Turki selesai mengevakuasi lebih dari 500 tentaranya yang ditempatkan di Afghanistan. Meskipun menuntut pasukan Turki mundur pada batas waktu Selasa (31/8), Taliban dilaporkan telah meminta bantuan Turki untuk mengoperasikan Bandara Internasional Hamid Karzai di ibu kota Kabul.

Turki – yang merupakan satu-satunya anggota mayoritas Muslim NATO, masih mempertimbangkan permintaan tersebut. Erdogan mengatakan bahwa negaranya akan mempertahankan kehadiran diplomatik di Afghanistan tetapi meragukan proposal bandara Taliban.

“Bagaimana kami menjelaskannya kepada dunia jika Anda mengambil alih keamanan dan ada pertumpahan darah lagi di sana? Ini bukan pekerjaan mudah,” kata Erdogan.

Afiliasi Negara Islam di Afghanistan, ISIS-K, mengaku bertanggung jawab atas sepasang pemboman mematikan di luar bandara pada Kamis (26/8). Korban tewas telah meningkat menjadi setidaknya 169 warga Afghanistan dan 13 pasukan AS.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kunjungan Presiden Prabowo ke Tiongkok Perkuat Diplomasi dan Wujudkan Program Prioritas Indonesia

Jakarta, – Kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ke Tiongkok yang dimulai pada minggu ini semakin mempererat hubungan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini