MATA INDONESIA, WASHINGTON – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump melontarkan pernyataan mengejutkan mengenai sosok mantan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Berbicara kepada jurnalis Barak Ravid awal tahun ini untuk sebuah buku yang akan datang, Trump mengomentari upayanya untuk menengahi pertikaian antara Yerusalem dan Ramallah.
Namun, kata Trump, Netanyahu tidak pernah tertarik untuk berdamai, bahkan untuk mencapai penyelesaian.
“Bibi tidak ingin membuat kesepakatan,” kata Trump, menggunakan nama panggilan Netanyahu, melansir Times of Israel, Selasa, 14 Desember 2021.
“Bahkan baru-baru ini, ketika kami membuat peta sebagai bagian dari rencana perdamaian pemerintahannya, reaksi Netanyahu adalah, ‘Oh ini bagus, bagus,’ semuanya selalu bagus, tapi dia tidak pernah ada kesepakatan,” sambungnya.
Sementara itu, Trump percaya bahwa Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas ingin membuat kesepakatan lebih dari Netanyahu. Selama menjabat sebagai orang nomor satu di Negeri Paman Sam, Trump berkesempatan bertemu dengan Presiden Abbas.
“Dan saya akan jujur, saya memiliki pertemuan yang hebat dengannya, Abbas, benar. Kami menghabiskan banyak waktu bersama, membicarakan banyak hal. Dan itu hampir seperti seorang ayah. Maksud saya, dia sangat baik, tidak, mungkin lebih baik,” ungkapnya.
Diakui Trump bahwa ia sempat mengira bila Palestina akan keras kepala dan tidak menginginkan perdamaian. Namun, ternyata prediksinya salah.
“Saya mengira Palestina tidak mungkin (melakukannya) dan Israel akan melakukan apa saja untuk membuat perdamaian dan kesepakatan. Saya menemukan bahwa itu tidak benar,” sambungnya.
Terlepas dari frustrasi yang dirasakan Trump dengan Netanyahu, ia melanjutkan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan mengumumkan relokasi kedutaan AS di kota tersebut, dan membuat Palestina memutuskan hubungan dengan Washington.
“Saya tidak berpikir Bibi pernah ingin berdamai,” ulang Trump. “Saya pikir dia baru saja mendorong kami… ‘Tidak, tidak, kami ingin, kami ingin’… Tapi saya pikir Bibi tidak ingin berdamai. Tidak pernah,” tuntasnya.