MATA INDONESIA, WASHINGTON – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin prihatin dengan banyaknya kasus bunuh diri dalam tubuh pasukan AS – khususnya para pasukan yang ditempatkan di Alaska di mana telah terjadi lonjakan kematian yang mengkhawatirkan.
Setidaknya enam tentara AS di Alaska tewas bunuh diri sejak 30 Desember 2020, seperti dilaporkan USA Today, Selasa, 27 Juli 2021. Lonjakan kasus tersebut menyusul meningkatnya kematian bunuh diri di antara pasukan di seluruh angkatan bersenjata.
Pada 2018, sebanyak 326 tentara aktif tewas karena bunuh diri, dengan jumlah korban meningkat menjadi 350 pada 2019 dan 385 pada 2020, menurut angka data Pentagon. Jumlah kematian akibat bunuh diri mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu.
Austin mengatakan bahwa kesehatan mental menjadi faktor terbesar dari kasus bunuh diri pasukan AS. “Saya sadar akan tekanan yang sering mereka alami dan saya sangat prihatin dengan tingkat bunuh diri, tidak hanya di sini tetapi di seluruh angkatan,” kata Austin saat berkunjung di Pangkalan Udara Eielson di Alaska.
“Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, satu kerugian karena bunuh diri terlalu banyak dan sementara kami bekerja keras untuk masalah ini, kami memiliki lebih banyak yang harus dilakukan. Dan saya percaya – hal itu harus dimulai dengan menghilangkan stigma, yakni terkait dengan masalah kesehatan mental,” tuturnya.
Austin selalu mengangkat masalah bunuh diri di hampir setiap kunjungannya. Hal ini terungkap berdasarkan penuturan seorang pejabat pertahanan yang enggan disebutkan namanya.
Pekan lalu, para ahli Angkatan Darat dan pejabat Pertahanan AS mengatakan bahwa tekanan yang disebabkan oleh kehidupan di militer, tuntutan pasukan untuk menghadapi pengaruh Cina yang meningkat, dan akses ke konseling menjadi pemicu dari meningkatnya kasus bunuh diri dalam tubuh tentara AS.