MATA INDONESIA, MONTPELLIER – Sebuah Gereja Protestan di Prancis menggelar pernikahan pertama pendeta sesama jenis. Pendeta lesbian tersebut memutuskan untuk mengingat janji suci, enam tahun setelah pendeta gay pertama kali memenangkan hak untuk menikah.
Pasangan Emeline Daude dan Agnes Kauffmann, keduanya berusia awal tiga puluhan, memilih menikah di selatan kota Montpellier pada akhir pekan lalu.
“Ini adalah langkah untuk gereja,” ucap Kauffmann, yang seperti istrinya sedang menjalani masa percobaan untuk pendeta yang dibutuhkan oleh United Protestant Church of France (EPUdF), kepada AFP.
“Orang-orang LGBT perlu melihat bahwa orang-orang LGBT berkomitmen lainnya, termasuk di bidang agama,” kata Daude.
Sementara pernikahan heteroseksual telah lama menjadi norma bagi para pendeta Protestan. Keputusan sinode gereja tahun 2015 untuk juga mengizinkan penyatuan sesama jenis di antara para pendeta tetap kontroversial dan memberi para pejabat kebijaksanaan luas tentang bagaimana menerapkan aturan tersebut.
Perubahan aturan tersebut mengikuti diskusi selama dua tahun di dalam gereja, kata juru bicara EPUdF Daniel Cassou. “Ini tetap menjadi topik yang sensitif,” katanya.
Secara umum, doktrin Protestan tidak menganggap pernikahan sebagai sakramen, tetapi gereja dapat memberikan restunya dalam upacara sipil untuk pasangan heteroseksual dan homoseksual.
“Kita menuju ke sana, selangkah demi selangkah. Ada dimensi simbolis yang besar,” kata pendeta Jean-Francois Breyne.
Sekitar 30 gereja Protestan di dunia mengizinkan pernikahan sesama jenis dari pendeta mereka, menurut Cassou. Protestan adalah cabang Kekristenan terbesar kedua di dunia setelah Katolik.