Teroris Bisa Sasar Orang Berpendidikan Tinggi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tidak ada korelasi khusus antara terorisme dengan literasi yang rendah karena sejatinya ideologi radikal bisa menjangkiti siapa saja. Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mengatakan radikalisme bisa menjakiti orang-orang yang berada di kelompok menengah ke atas.

“Tidak ada korelasi khusus antara terorisme dengan kemiskinan dan literasi rendah. Fakta membuktikan bahwa orang dengan tingkat ekonomi menengah atas dan pendidikan tinggi bisa bergabung dengan kelompok teroris. Ini masalah ideologi yang bisa menjangkiti siapa saja,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Rabu 3 Februari 2021.

Padahal selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa kemiskinan dan kekerasan memiliki keterkaitan antar satu dengan yang lain. Studi dari peneliti NBER Research Associate Alan Krueger dan Jitka Maleckova menekankan bahwa bila kemiskinan berkurang maka terorisme juga bisa menurun.

Namun nyatanya, kondisi berbeda terjadi. Terlihat pada hasil polling terhadap kekerasan yang terjadi di Jalur Gaza dan Tepi Barat pada 2001, mengindikasikan bahwa kelompok berpendidikan tinggi ternyata mendukung serangan Palestina terhadap Israel. Alasannya karena tindakan tersebut membantu Palestina meraih haknya yang selama ini tidak bisa direngkuh.

Selain itu, ada juga studi yang menjelaskan bahwa anggota Hizbullah berperang di Lebanon pada tahun 1980 dan 1990-an mayoritas berasal dari kelompok masyarakat dengan pendidikan tinggi. Demikian halnya dengan para ekstrem Yahudi di Israel yang menyerang warga Palestina tahun 1970 dan 1980-an merupakan masyarakat dengan pendidikan tinggi.

Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia, terlihat pada tahun 2019.  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pernah menyatakan bahwa 50 persen Warga Negara Indonesia (WNI) yang dideportasi dari Turki karena diduga terlibat jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah orang berpendidikan tinggi.

Hal ini memperlihatkan ideologi radikalisme dan terorisme tidak hanya menyasar kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah. Masyarakat dengan pendidikan tinggi juga bisa terpapar bahkan menyebarluaskan ideologi radikalisme.

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini