MATA INDONESIA, WASHINGTON – Setidaknya dua dari pembajak yang melakukan serangan terhadap World Trade Center di Manhattan pada 11 September 2001 memiliki jaringan dukungan yang berbasis di Amerika Serikat (AS), demikian diungkapkan oleh mantan agen Badan Investigasi Utama dari Departemen Kehakiman AS (FBI).
The New York Post melaporkan bahwa Danny Gonzalez mengerjakan “Operation Encore,” yakni penyelidikan rahasia atas dua pembajak Arab Saudi yang berbasis di San Diego.
Dalam sebuah wawancara baru, Gonzalez mengatakan kepada CBS News bahwa ia yakin catatan operasi itu akan menunjukkan para pembajak serangan – yang dikenal sebagai 9/11, mendapat bantuan.
“Sebanyak 19 pembajak tidak dapat melakukan 3.000 pembunuhan massal sendirian,” kata Gonzalez kepada jaringan tersebut, melansir Herald Sun.
Sebelumnya Presiden AS Joe Biden menandatangani perintah eksekutif yang mengarahkan Departemen Kehakiman (DOJ) untuk mengawasi tinjauan deklasifikasi beberapa dokumen yang terkait dengan serangan 9/11.
Perintah tersebut mengharuskan Jaksa Agung AS, Merrick Garland untuk mempublikasikan dokumen yang tidak diklasifikasikan ke publik selama enam bulan ke depan karena mengawasi tinjauan deklasifikasi dokumen terkait dengan penyelidikan Biro Investigasi Federal.
Anggota keluarga korban serangan 11 September meminta pengawas pemerintah AS untuk menyelidiki kecurigaan mereka bahwa FBI berbohong mengenai atau menghancurkan bukti yang menghubungkan Arab Saudi dengan para pembajak.
Gonzalez mengatakan publik akan belajar banyak jika rekaman dari Operation Encore dirilis, dan itu akan mengubah pemahaman publik tentang serangan 9/11.
Dua warga Arab Saudi yang membajak pesawat komersial yang melakukan serangan 9/11 di AS bernama Nawaf al-Hazmi dan Khalid al-Mihdhar. Namun keduanya tinggal di San Diego sampai serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang itu terjadi.
Gonzalez menambahkan bahwa dua pembajak, Nawaf al-Hazmi dan Khalid al-Mihdhar turut dibantu oleh sejumlah warga Arab Saudi lainnya, termasuk Omar al-Bayoumi.
Bayoumi, yang bekerja untuk pemerintah Saudi, mengatakan dia secara acak bertemu dengan dua pembajak di sebuah restoran di Los Angeles dan mendorong mereka untuk pindah ke San Diego.
Dia kemudian membantu keduanya menemukan apartemen dan membuka rekening bank. Kedua pembajak bahkan mulai menghadiri sekolah penerbangan.
Gonzalez mengatakan dia tidak dapat mengungkapkan informasi rahasia tertentu tentang Operasi Encore, sesuai perintah FBI. Begitu juga dengan mantan agen lainnya, Ken Williams – yang menulis memo sebelum tragedi 9/11, yang memperingatkan calon teroris sedang mengambil pelajaran penerbangan di Arizona.
“Buktinya ada. Saya telah melihatnya. Tapi saya tidak bisa menjelaskan secara spesifik karena perintah perlindungan,” kata Williams.
Kedua mantan agen tersebut kini bekerja untuk keluarga korban tragedi 9/11 sebagai penyidik.
“Saya tidak bisa duduk di pinggir ketika saya tahu yang sebenarnya,” kata Gonzalez.
Keluarga 9/11 menuntut pemerintah Arab Saudi. Akan tetapi, pihak Arab Saudi menyangkal keterlibatan resmi, dan laporan Komisi 9/11 tidak menemukan hubungan.
Laporan komisi juga menemukan bahwa Bayoumi adalah kandidat yang tidak mungkin untuk keterlibatan klandestin dengan ekstremis Islam, dan mengatakan tidak ada bukti yang kredibel bahwa dia percaya pada ekstremisme kekerasan atau kelompok ekstremis yang sengaja dibantu.