Terduga Teroris Jaringan JAD Ditangkap Densus 88 di Bandung

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA-Seorang terduga teroris di Kabupaten Bandung ditangkap oleh Densus Antiteror 88. Polri menyebut terduga teroris tersebut merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). 

“Terakhir tersangka yang ditangkap adalah merupakan masih dalam jaringan JAD, tapi selnya itu sel terpisah. Bukan sel Sibolga maupun Lampung, tapi semuanya memiliki keterkaitan. Ini adalah kelompok JAD wilayah Bandung,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin 1 Maret 2019.

Dedi mengatakan terduga teroris berinisial WP alias Sahid itu ditangkap pada Kamis 28 Maret 2019 lalu di rumah kontrakannya di Desa Bojong Malaka, Kecamatan Balendah, Kabupaten Bandung.

Dedi mengatakan jaringan JAD Jawa Barat berkolaborasi dengan jaringan Sibolga dan Lampung. Densus 88 Antiteror bersama Satgas Antiterorisme dan Radikalisme terus berupaya mengungkap tuntas jaringan ini karena ada upaya menyerang aparat.

“Karena jaringan tersebut, dari 11 tersangka yang sudah dilakukan upaya paksa dari penyidik dari Densus, indikasi-indikasi penyerangan atau fai dengan sasaran aparat kepolisian itu sudah sangat jelas,” katanya.

Dia mengatakan kelompok ini tengah mengumpulkan dana untuk melakukan aksi teror. Dedi menyebut kelompok ini mengincar mobil pengisian ATM untuk mendapatkan dana.

“Akan melakukan aksi fai atau amaliyahnya di wilayah Jawa Timur. Targetnya sangat jelas, targetnya masih mengumpulkan dana dalam rangka untuk lakukan aksi yang cukup massif, yaitu mobil pengisian atm. Itu yang jadi sasaran kelompok mereka,” katanya.

Selain Jawa Timur, Dedi mengatakan kelompok ini juga mempunyai rencana penyerangan di Jawa Barat. Densus 88 Antiteror terus mengejar jaringan ini. “Tim masih mengembangkan dari Densus untuk melakukan pengejaran juga kurang lebih terhadap 5-8 orang yang di kelompok tersebut,” katanya.

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini