MATA INDONESIA, DEN HAAG – Aksi protes di Belanda berubah menjadi sebuah kerusuhan. Para demonstran menolak kebijakan lockdown yang ditetapkan pemerintah di tengah melonjaknya kasus Covid-19.
Melansir Al Jazeera, Minggu, 21 November 2021, para demonstran melempari polisi dengan batu dan kembang api di Kota Den Haag. Berdasarkan laporan, lima petugas kepolisian mengalami luka-luka dan tujuh demonstran ditangkap.
Petugas dengan perlengkapan anti huru hara menyerang kelompok demonstran pada Sabtu (20/11) malam waktu setempat. Sementara meriam air digunakan untuk memadamkan tumpukan sepeda yang menyala di persimpangan jalan.
Kerusuhan juga terjadi di Kota Rotterdam yang menyebabkan tiga orang terluka dan 51 demonstran ditangkap. Walikota Rotterdam mengatakan bahwa aksi unjuk rasa di kotanya bak pesta pora kekerasan yang pecah terhadap pembatasan COVID-19.
Itu adalah salah satu wabah kekerasan terburuk di Belanda sejak langkah-langkah virus corona pertama kali diberlakukan tahun lalu. Pada Januari, para perusuh juga menyerang polisi dan membakar jalan-jalan di Kota Rotterdam setelah jam malam diberlakukan.
Menteri Kehakiman Ferd Grapperhaus mengutuk peristiwa itu. Ia mengatakan berbagai tayangan yang menunjukkan kekerasan di Rotterdam sangat menjijikan untuk disaksikan.
“Kerusuhan dan kekerasan ekstrem terhadap petugas polisi, polisi anti huru hara dan petugas pemadam kebakaran tadi malam di Rotterdam menjijikkan untuk dilihat,” kata Menteri Kehakiman, Ferd Grapperhaus dalam sebuah pernyataan.
“Memprotes adalah hak besar dalam masyarakat kita, tetapi apa yang kita lihat tadi malam hanyalah perilaku kriminal. Tidak ada hubungannya dengan demonstrasi,” tambahnya.
Belanda menerapkan kembali beberapa tindakan penguncian akhir pekan lalu sebagai upaya untuk memperlambat kebangkitan penularan virus corona. Akan tetapi, infeksi harian tetap pada level tertinggi sejak awal pandemi.
Pemerintah Belanda sekarang berencana untuk melarang orang yang tidak divaksinasi memasuki beberapa tempat, yang disebut dengan opsi 2G.
Di Den Haag, seorang pemilik toko pizza mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa polisi telah menyeret beberapa orang keluar dari tokonya, memecahkan kaca di pintu depan, dan memukul kepalanya tanpa alasan.
“Orang-orang di sini memprotes 2G dan penguncian. Mereka marah karenanya,” kata Ferdi Yilmaz.
Koresponden AFP melaporkan melihat polisi menangkap beberapa orang di lingkungan kelas pekerja Schilderswijk di Den Haag, dengan petugas berpakaian preman menyeret seorang perempuan keluar dari mobil.
Dalam sebuah pernyataan, polisi Den Haag mengatakan lima petugas yang terluka termasuk satu yang dibawa ke rumah sakit menderita gegar otak dan dua lainnya mengalami kerusakan pendengaran akibat kembang api yang terlau keras.
“Sebuah batu yang dilemparkan oleh para perusuh menghancurkan jendela ambulans yang sedang lewat yang membawa seorang pasien,” demikian pernyataan pihak kepolisian.
Sementara di ibu kota Amsterdam, ribuan demonstran muncul untuk pawai di alun-alun pusat kota, Dam. Pawai berjalan dan berakhir dama, dengan penjagaan aparat kepolisian yang ketat.
Ribuan demonstran lainnya mengadakan unjuk rasa di selatan Kota Breda yang berbatasan denan Belgia. Para demonstran membawa berbagai slogan yang bertuliskan “Tanpa Penguncian”.
Pihak penyelenggara protes mengatakan bahwa mereka menentang rencana Perdana Menteri Mark Rutte yang melarang warga yang tidak divaksinasi untuk memasuki bar dan restoran.
“Orang-orang ingin hidup, itu sebabnya kami di sini. Tapi kami bukan perusuh. Kami datang dengan damai,” kata penyelenggara demonstrasi, Joost Eras.