Tegas, Duterte Siap Kehilangan Nyawa Demi Filipina

Baca Juga

MATA INDONESIA, MANILA – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menolak tegas simbauan Cina untuk menarik kapal dari Laut Cina Selatan. Ia juga menegaskan takkan tunduk pada tekanan, kendati akan mengancam persahabatan antara Manila-Beijing.

Filipina telah meningkatkan armadanya di daerah-daerah yang diperebutkan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), termasuk pulau Thitu, dekat instalasi militer China. Di mana sebelumnya, ratusan kapal Cina selama berbulan-bulan yang diyakini diawaki oleh milisi berada di wilayah perairan tersebut.

Pernyataan Duterte dalam pidato yang disiarkan televisi datang ketika tekanan meningkat. Ia mengungkapkan bahwa Cina telah memprovokasi Filipina  secara terang-terangan.

“Kami memiliki pendirian di sini (Laut Cina Selatan), dan saya ingin menyatakannya di sini dan mulai sekarang kapal kami akan berada di sana … kami tidak akan mundur satu inci pun,” tegas Duterte, melansir CNN, Sabtu, 15 Mei 2021.

Sebelumnya, Duterte mendapat kritik keras lantaran menolak menekan Cina untuk mematuhi keputusan arbitrase tahun 2016 di laut Cina Selatan. Namun, sikap Duterte tampaknya telah berubah, ia bahkan siap kehilangan nyawa sekalipun demi membela Filipina.

“Saya tidak ingin berselisih, saya tidak ingin ada masalah. Saya menghormati posisi Anda, dan Anda juga harus menghormati posisi saya. Tapi kami tidak akan berperang,” tegasnya.

“Saya tidak akan mundur. Bahkan jika Anda membunuhku. Persahabatan kita akan berakhir di sini,” tuntasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini