MATA INDONESIA, JAKARTA – Mencegah bibit radikalisme harus dimulai dari hulu atau memerangi pandangan-pandangan awal yang menghalalkan kekerasan. Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menilai bahwa pembendungan ideologi radikalisme di hulu harus segera dibendung agar penanganan di hilir tidak menumpuk.
“Kalau di hilir tidak ada habisnya, produsennya di hulu harus dibendung. Kita yang bisa bending dengan kemajemukan diperlukan aksi nyata,” kata Islah dalam Webinar ‘bertema Deteksi Dini Ancaman Gerakan Radikalisme dan Intoleransi di Indonesia’ pada Selasa 9 Februari 2021.
Wakil Presiden RI Ma’aruf Amin pun pernah mengemukakan bahwa masyarakat khususnya umat Islam harus berada paling depan untuk menangkal radikalisme.
Hal ini tidak lepas dari simbol-simbol Islam yang sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk mencapai tujuannya.
Maka mulai dari lingkup-lingkup terkecil seperti rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) juga harus aktif untuk mengawasi pergerakan warganya. Bila semua elemen bisa bersinergi dengan baik maka penanganan radikalisme bisa tuntas dari hulu sampai ke hilir.
Pemahaman serta penerapan nilai-nilai Pancasila penting sehingga bisa mengembalikan masyarakat pada budaya dan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.
Selain itu peran aktor lain seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 Anti-teror juga bisa menjadi solusi untuk menangkal radikalisme dan terorisme. Bila BNPT menangani pencegahan dari hulu, sementara Densus 88 Anti-teror lebih fokus di hilir.