Taliban Pastikan Akan Terapkan Syariat Islam di Afghanistan

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Seorang komandan senior Taliban, Anas Haqqani bertemu dengan mantan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, guna membahas pembentukan pemerintahan baru.

Hamid Karzai menduduki jabatan Presiden Afghanistan sejak Desember 2001 hingga September 2014. Ia memimpin upaya untuk memastikan transfer kekuasaan secara damai setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban pada Minggu (15/8) dan Presiden Ashraf Ghani yang melarikan diri.

Keberadaan Ghani telah menjadi sumber banyak spekulasi, tetapi sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) mengkonfirmasi bahwa ia dan keluarganya telah diterima di UEA atas dasar kemanusiaan.

“Untuk saat ini, saya berada di Emirates agar pertumpahan darah dan kekacauan dihentikan. Saya sedang dalam pembicaraan untuk kembali ke Afghanistan,” kata Ghani dalam pesan video – penampilan pertamanya sejak meninggalkan ibukota dan menambahkan bahwa dia tidak punya niat untuk tetap berada di pengasingan.

Amerika Serikat (AS) telah mengklasifikasikan Jaringan Haqqani – yang berbasis di wilayah perbatasan dengan Pakistan, sebagai jaringan teroris, menganggapnya bertanggung jawab atas beberapa serangan militan paling mematikan di Afghanistan dalam beberapa tahun terakhir. Keterlibatan kelompok itu dalam pemerintahan Taliban di masa depan kemungkinan akan menjadi masalah bagi komunitas internasional.

Juru bicara Hamid Karzai mengatakan tujuan pertemuan itu adalah untuk memfasilitasi negosiasi dengan Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu pemimpin politik Taliban yang memimpin kesepakatan penarikan pasukan AS dan diyakini mengambil peran penting dalam pemerintahan. Baradar kembali ke Afghanistan pada Selasa (18/8) untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.

Waheedullah Hashimi, juru bicara Taliban, mengatakan kepada Reuters bahwa negara itu kemungkinan akan diperintah oleh dewan Taliban yang berkuasa. Sementara pemimpin tertinggi gerakan militan Islam, Haibatullah Akhundzada, diperkirakan akan tetap bertanggung jawab secara keseluruhan, dalam peran yang mirip dengan presiden.

Struktur kekuasaan yang digariskan Hashimi akan memiliki kesamaan dengan bagaimana Afghanistan dijalankan terakhir kali oleh Taliban saat berkuasa sejak 1996 hingga 2001. Kepemimpinan Taliban akan bertemu akhir pekan ini untuk membahas dan menetapkan sistem pemerintahan, tetapi segala bentuk demokrasi telah dikesampingkan.

“Tidak akan ada sistem demokrasi sama sekali karena tidak memiliki basis di negara kita. Kami tidak akan membahas sistem politik seperti apa yang harus kami terapkan di Afghanistan karena sudah jelas. Ini adalah hukum syariah dan hanya itu,” kata Hashimi dalam sebuah wawancara dengan Reuters.

Hashimi mengatakan Taliban juga akan meminta mantan pilot dan tentara dari angkatan bersenjata Afghanistan untuk bergabung dengan barisannya. Dia tidak menghilangkan ketakutan bahwa rezim Taliban ini akan represif terhadap perempuan seperti terakhir kali mereka berkuasa.

“Ulama kami akan memutuskan apakah anak perempuan diizinkan pergi ke sekolah atau tidak. Mereka akan memutuskan apakah mereka harus mengenakan jilbab, burqa, atau hanya kerudung plus abaya atau semacamnya, atau tidak. Itu terserah mereka,” sambungnya.

Setelah presiden Ghani melarikan diri, salah satu dari sedikit tokoh dari rezim sebelumnya yang masih secara terbuka menentang pemerintahan Taliban adalah mantan wakil presiden, Amrullah Saleh.

Saleh, yang diyakini bersembunyi di lembah Panjshir, utara Kabul, salah satu dari sedikit distrik yang tidak jatuh ke tangan pemberontak Taliban, mengatakan di Twitter bahwa ia dalam keadaan apa pun tidak akan tunduk pada teroris Taliban.

Di Jalalabad, di timur laut Afghanistan, puluhan pengunjuk rasa diserang oleh Taliban saat mereka mengibarkan bendera nasional dan menurunkan bendera Taliban yang ditanam oleh para militan. Rekaman video menunjukkan Taliban menembak ke udara dan memukul orang-orang dengan tongkat. Setidaknya tiga orang tewas dan lebih dari selusin terluka.

Sementara itu, di Kabul, terlepas dari jaminan AS bahwa Taliban telah berkomitmen untuk jalan yang aman bagi orang-orang yang ingin mencapai bandara, ada laporan kekerasan di pos pemeriksaan yang dikelola oleh Taliban.

Seorang perempuan dan seorang anak difoto dengan cedera kepala yang parah setelah dilaporkan dipukuli dan dicambuk. The Guardian diberitahu bahwa Taliban sedang memeriksa dokumen dan secara paksa mengusir beberapa orang dari bandara.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Memperkokoh Kerukunan Menyambut Momentum Nataru 2024/2025

Jakarta - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, berbagai elemen masyarakat diimbau untuk memperkuat kerukunan dan menjaga...
- Advertisement -

Baca berita yang ini