Taliban Kembali Berkuasa, Nyawa Warga Afghanistan Tak Lagi Berharga

Baca Juga

MATA INDONESIA, KUNDUZ – Ketika penduduk Kunduz melarikan diri dari kota Afghanistan utara dalam ketakutan, para penculik Taliban tersenyum. Didukung oleh penarikan pasukan asing yang akan berakhir akhir bulan ini, kelompok garis itu telah membanjiri jalan-jalan Kota Kunduz setelah menguasainya dengan cepat.

Ini adalah salah satu dari sembilan ibu kota provinsi yang telah jatuh ke tangan pemberontak Taliban dalam sepekan terakhir – beberapa bahkan tanpa perlawanan, dalam serangan kilat yang telah membuat sebagian besar pusat populasi utara jatuh bak domino.

Pejuang dengan pakaian militan kini menjaga kota dengan mengendarai sepeda motor atau humvee hasil rampasan dari pasukan Afghanistan. Sementara yang lain berpose untuk sebuah foto lengkap dengan senjata rampasan.

Pembalasan terhadap mantan pegawai pemerintah, eksekusi singkat, pemenggalan kepala, dan penculikan gadis-gadis untuk pernikahan paksa dan budak pemuas nafsu, hanyalah beberapa kengerian sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

“Kami melihat mayat tergeletak di dekat penjara… ada anjing di samping mereka,” kata Friba, 36, seorang janda yang melarikan diri dari Kunduz bersama enam anaknya saat Taliban mengambil alih, melansir France24.

Pengungsi lain dari Kunduz, Abdulmanan, mengatakan kepada AFP bahwa Taliban memenggal kepala putranya. Namun, AFP tidak dapat memverifikasi laporan ini dan Taliban yang menyangkal melakukan kekejaman di wilayah yang mereka kuasai.

“Mereka membawanya … seolah-olah dia adalah domba dan memotong kepalanya dengan pisau dan membuangnya,” kata Abdulmanan.

Sedangkan, toko-toko di pasar Kunduz dibiarkan menghitam dan terbakar oleh pertempuran antara pasukan Afghanistan dan Taliban. Ya, Afghanistan kini tak lagi ramah! Seketika, negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Selatan itu berubah mencekam.

Selama masa kekuasaan pertama mereka – tahun 1996 hingga penggulingan mereka oleh pasukan pimpinan AS setelah serangan 11 September 2001, Taliban mendapatkan ketenaran karena interpretasi ketat hukum Islam yang menghukum bahkan kejahatan kecil dengan cambuk dan eksekusi di depan umum.

Taliban merebut wilayah Kunduz  dalam dua serangan singkat, yakni tahun 2015 dan 2016. Terlepas dari pendudukan Taliban terbaru, kekejaman kehidupan tampaknya dimulai kembali di Kunduz.

Penduduk setempat pun takut akan kembalinya kekuasaan Taliban yang berkepanjangan dan dengan pasukan AS yang telah pergi dari medan perang, mereka tampaknya bersiap untuk menghadapi situasi yang lebih buruk kali ini.

“Orang-orang membuka toko dan bisnis mereka, tetapi Anda masih bisa melihat ketakutan di mata mereka,” kata penjaga toko Habibullah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upayakan Berantas Penumpukan Sampah Liar, Pemkab Bantul Optimalisasi 15 TPS3R

Mata Indonesia, Bantul - Pemkab Bantul terus mencari solusi terhadap sampah yang belum terkondisi di beberapa titik. Tak jarang masyarakat hingga pelaku usaha cukup kesulitan harus membuang kemana sampah mereka.
- Advertisement -

Baca berita yang ini