MATA INDONESIA, JAKARTA – Berdasarkan laporan analis terorisme NTU Singapura, Tazneen diketahui sebagai pendiri dan pemimpin lembaga Abu Ahmed Foundation (AAF). Lembaga badan amal ini menghimpun dana menggunakan rekening bank warga Indonesia untuk bantuan kemanusiaan dan mendukung jihadis di Suriah. AAF juga sudah terang-terangan mendukung khilafah negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta menilai bahwa memang kelompok radikal kerap menyamarkan tujuan aslinya dengan motif lembaga kemanusiaan.
“Salah satu model kelompok radikal untuk eksis dan menyamarkan tujuan aslinya adalah dengan menggunakan kedok lembaga kemanusiaan. Ini taktik mereka,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Jumat 5 Februari 2021.
Sejak ada indikasi keterlibatan inilah, keberadaan Tazneen misterius. Namun pada akhirnya WNA Inggris ini diamankan oleh pihak imigrasi lantaran tidak memiliki izin menetap di Indonesia. Kepolisian pun turun tangan dan melakukan penelurusan terhadap Tazneen hingga ditemukan aliran dana yang masuk ke rekening FPI.
Pada tahun 2020, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pernah mendeteksi bahwa jaringan Abu Ahmed Foundation masuk dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT). Selain itu jaringan ini juga memiliki hubungan dengan jaringan organisasi teroris di Indonesia, Mujahidin Indonesia Timur.
Hal ini mengindikasikan bahwa Tazneen bisa menjadi penghubung baru bagi Jihadis Uighur dan Asia Tengah yang berperang di Suriah untuk masuk ke masuk ke area konflik di Asia Tenggara.
Buktinya yaitu adanya kehadiran orang Uighur di Indonesia dalam jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso Sulawesi Tengah dan Katibah Gigih Rahmat di Batam, Riau, pada 2014-2016.
AAF diketahui juga menggalang dana di Indonesia 2016-2019 untuk milisi Malhama Tactical (MT), kelompok tentara bayaran bertugas untuk membuat pelatihan taktis khusus di bawah Hay’at Tahrir al-Sham, salah satu faksi Al-Qaeda di Suriah.