Tahu dan Tempe Laku Keras Setelah Menghilang 3 Hari

Baca Juga

MATAINDONESIA, JAKARTA – Sejak tanggal 1 – 4 Januari, tahu dan tempe menghilang di pasaran akibat mogok massal yang dilakukan perajin tahu dan tempe. Kini, tahu dan tempe kembali tersedia di pasar dengan harga yang naik sekitar 10-20 persen dari harga biasanya.

Aksi mogok produksi tahu dan tempe dilakukan  di wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek). Fajri Safii, Ketua Bidang Hukung Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia (SPTI) menjelaskan , aksi mogok ini dilakukan karena terpaksa mengingat harga kedelai naik hingga 35 persen.

Berdasarkan data Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe normalnya berada dikisaran harga Rp6.100 – 6.500 per kilogram (Kg) per Maret – April 2020. Saat ini, harganya naik menjadi sekitar Rp 9.500 per Kg. Kenaikan harga kedelai sebesar ini menyebabkan para pengrajin tahu mogok produksi karena tidak sanggup lagi membeli kedelai.

Setelah mogok produksi sejak  1 Januari 2021, para pengrajin tahu dan tempe sepakat untuk memulai produksi dan menjual kembali lagi ke pasaran pada 4 Januari 2021. Tentunya, dengan terpaksa mereka juga harus menaikkan harga tahu dan tempe.

Rata-rata harga tahu dan tempe naik hingga Rp1.000 per potong. Harga tahu yang biasanya Rp 4.000 per potong naik menjadi Rp 5.000 per potong, dan harga tempe dari Rp 5.000 naik menjadi Rp 6.000 per potong. Dari hal tersebut, Gakoptindo sempat memberikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia terutama pecinta tahu dan tempe.

Nyatanya, meskipun harga tahu dan tempe naik, makanan favorit masyarakat ini tetap laku keras. Masyarakat ternyata sudah menanti-nantikan kembalinya tahu dan tempe ke pasaran, mereka langsung memborong tahu dan tempe. Hal ini terlihat di berbagai pasar yang sejak pagi tahu dan tempenya telah habis terjual, walaupun, para pedagang tahu dan tempe harus bersabar mendengar keluhan dan omelan dari para pembeli akibat naiknya harga tahu dan tempe.

Tak hanya itu, tahu dan tempe yang sempat menghilang pada penjual gorengan selama perajin tahu dan tempe mogok, saat ini kembali dijual. Namun, tak banyak dari para penjual gorengan yang berani menaikkan harga tahu dan tempe goreng mereka karena takut tidak akan laku. Mereka merasa akan lebih baik dagangannya tetap laris meskipun untung yang didapatkan tidak seberapa.

Saat ini Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo juga sedang berusaha untuk mengejar produksi kedelai di dalam negeri dalam kurun waktu 200 hari atau dua kali masa tanam. Upaya tersebut dilakukan untuk mengatasi kelonjakan harga kedelai yang telah terjadi.

Reporter : Anggita Ayu Pratiwi

 

 

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini