MATA INDONESIA, YOGYAKARTA – Panitia dalam perayaan Idul Adha merasa kesulitan mencari hewan kurban. Hal itu menyusul dengan mewabahnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang berimbas pada naiknya harga hewan kurban.
Salah seorang panitia kurban yang merasa sulit mencari hewan kurban adalah Darmastono. Dia mengeluhkan susahnya mendapat sapi yang terjamin kesehatannya.
“Saya kesulitan mencari sapi yang benar-benar sehat,” sebutnya dalam diskusi pemantauan ketersediaan hewan kurban dan kebutuhan pokok jelang Idul Adha, Rabu 6 Juli 2021.
Pria yang kesehariannya berdagang sembako di Pasar Beringharjo ini menjelaskan bahwa warga kampungnya menginginkan adanya kurban sapi Bali. Tapi, sapi jenis tersebut belum masuk ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Saya sudah mencoba ke Kulon Progo, belum ada,” ujarnya.
Untuk itu, Darmastono berharap pemerintah segera mengizinkan masuknya sapi Bali ke DIY. khususnya ke wilayah Kota Yogya. Bukan tanpa sebab, sapi Bali yang masuk mendekati hari raya (Idul Adha), harganya akan melonjak tinggi.
“Monggo kalau dari Bali diizinkan masuk Yogyakarta, mohon disegerakan. Supaya harganya tidak terlalu melonjak jauh,” sebutnya.
Muryono, pedagang sekaligus panitia kurban lainnya membenarkan harga hewan kurban mengalami kenaikan akibat adanya PMK.
Peternak lembu dari kelompok Tri Handini Rejo itu, mengungkap harga sapi mengalami kenaikan sebesar Rp2 juta. Tahun kemarin, kelompoknya menjual sapi dengan harga Rp21 juta. Tahun ini, mereka mampu menjual dengan harga Rp23 juta.
Kenaikan harga juga terjadi pada kambing. Kenaikan berkisar di antara Rp500 ribu sampai Rp700 ribu.
“Patut disyukuri, tapi wajib waspada (kesehatan hewan),” sebutnya.
Reporter: M Fauzul Abraar