Sudah Gerah, Fans Arsenal Demo Besar-besaran Minta Pemilik Klub Mundur

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Para penggemar Arsenal sudah habis kesabaran dengan pemilik klub Stan Kroenke yang dinilai telah mempermalukan Meriam London.

Bukan hanya soal prestasi yang terus merosot di Liga Inggris, Stan Kroenke juga dianggap sudah membuat malu dengan bergabung dalam Liga Super Eropa atau ESL.

Aksi massa pun tak terhindarkan. Ratusan fans Arsenal berkumpul dua jam sebelum kick-off melawan Everton di depan Stadion Emirates pada Jumat 23 April 2021 waktu setempat.

Demonstran menyalakan suar, kembang api dan meneriakkan kalimat-kalimat penolakan terhadap keberadaan Kroenke di Arsenal.

“Kami ingin Kroenke keluar. Kami ingin Arsenal kembali,” demikian sorakan para penggemar.

Mereka juga menggantungkan spanduk di tepi lorong termasuk yang bertuliskan, ‘Arsenal sampai aku mati. Kroenke out’ dan ‘Klub kami adalah rumah kami. Jual Stan.’

Setelah berkumpul di Concourse, para fans berbaris menuruni tangga menuju box office dan team store untuk melanjutkan demo yang lebih riuh.

Seorang penggemar naik ke atas tenda box office dan melambaikan spanduk dan bendera, membuat ratusan penggemar berkumpul di depannya dan memimpin mereka dalam yel menentang kepemilikan Arsenal.

Protes keras ini bahkan sampai terdengar di dalam stadion saat tim turun ke lapangan untuk melakukan pemanasan dan setelah pertandingan dimulai, helikopter polisi datang dan berputar di atas stadion. Namun, petugas tidak berusaha untuk membubarkan aksi protes di tengah pandemi Covid-19 ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini