Stasiun Jakarta Kota Dibangun Karena Bisnis Kereta Api Tumbuh Subur di Jawa

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebagian besar penduduk Jabodetabek pasti pernah menyinggahi Stasiun Jakarta Kota. Namun, tidak banyak yang tahu stasiun itu dibuat karena terpicu pembangunan jalur kereta pertama di Semarang, Jawa Tengah sehingga perusahaan kereta api swasta bermunculan.

Saat itu setidaknya ada 26 perusahaan swasta yang mengelola perkeretaapian di seluruh Indonesia. Paling banyak di Pulau Jawa ada 20 perusahaan.

Mereka mengembangkan jalur kereta untuk transportasi untuk memperoleh keuntungan sehingga pada akhir abad ke-19 dibangun dua stasiun kereta di Batavia.

Keduanya adalah Stasiun Batavia Selatan (Batavia Zuid) yang dikelola perusahaan swasta Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij yang mulai dibangun 1870 dan Stasiun Batavia Noord (Batavia Utara).

Stasiun Batavia Utara letaknya di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahilah.

Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Netherland Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan merupakan terminal untuk jalur Batavia- Buitenzorg (Jakarta – Bogor). Pada 1913 jalur Batavia – Buitenzorg itu dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staats Spoorwegen (SS).

Sementara Batavia Zuid yang dibangun 1870, ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan Stasiun Jakarta Kota seperti sekarang. Pembangunan itu selesai pada 19 Agustus 1929 dan peresmiannya pada 8 Oktober 1929 dilakukan besar-besaran oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada zaman Hindia Belanda tahun 1926 – 1931.

Sejak saat itu, operasional kereta dan stasiunnya diambil alih Pemerintah Hindia Belanda.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini