Soal Pakta Nuklir, Menlu Iran: AS Harus Mengalah

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan Amerika Serikat harus mengalah apabila berharap Teheran menghentikan aktivitas nuklir. Diketahui, AS siap melakukan perundingan dengan iran mengenai Pakta Nuklir Iran 2015.

“Alih-alih menyesatkan & membebani Iran, E3 / EU harus mematuhi komitmennya sendiri & menuntut diakhirinya warisan Trump tentang #EconomicTerrorism melawan Iran,” tulis Zarif dalam akun Twitter-nya.

“Tindakan perbaikan kami merupakan tanggapan atas pelanggaran AS / E3. Singkirkan penyebabnya jika Anda takut akibatnya. Kami akan mengikuti ACTION dengan (dengan) tindakan,” lanjutnya.

Iran bereaksi dingin terhadap gagasan AS, yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken selama video meeting dengan para sekutu, seperti Inggris, Prancis, dan Jerman.

Blinken menegaskan kembali posisi Paman Sam akan kembali ke Pakta Nuklir Iran 2015 yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action), jika Teheran sepenuhnya mematuhi kesepakatan tersebut.

“Sekretaris Blinken menegaskan kembali bahwa … jika Iran kembali mematuhi komitmennya di bawah JCPOA, Amerika Serikat akan melakukan hal yang sama dan siap untuk terlibat dalam diskusi dengan Iran menuju tujuan itu,” demikian pernyataan bersama dari empat negara, melansir Reuters, Jumat, 19 Februari 2021.

Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Washington akan menanggapi secara positif setiap undangan Uni Eropa untuk berbicara di antara Iran dan enam negara besar yang merundingkan perjanjian awal –Inggris, Cina, Prancis, Jerman, Rusia, dan AS.

“Kami siap untuk hadir jika pertemuan seperti itu akan berlangsung,” kata pejabat AS setelah seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan dia siap untuk mengadakan pertemuan semacam itu di antara pihak-pihak dalam kesepakatan itu.

Teheran mulai melanggar kesepakatan pada 2019 setelah mantan Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan tersebut tahun 2018 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi.

Iran kemudian mempercepat pelanggarannya dalam beberapa bulan terakhir dan terjebak dalam kebuntuan dengan pemerintahan Biden mengenai siapa yang harus bergerak lebih dulu untuk menyelamatkan kesepakatan tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini