MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Presiden Hassan Rouhani mengesampingkan perubahan pada kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) dengan kekuatan dunia. Ia juga menolak seruan untuk kembali kepada kepatuhan dalam Pakta Nuklir Iran 2015.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden berjanji membawa Washington kembali ke Pakta Nuklir Iran 2015, dengan syarat Teheran harus kembali patuh. Bukan hanya itu, Presiden Biden juga berencana mencabut sanksi ekonomi yang diberikan AS saat Donald Trump menjabat sebagai presiden.
“Tidak ada klausul JCPOA yang akan berubah. Ketahuilah ini. Dan tidak ada yang akan ditambahkan ke JCPOA, “kata Rouhani pada rapat kabinet yang disiarkan televisi, menggunakan nama resmi kesepakatan itu, Rencana Aksi Komprehensif Bersama.
“Ini kesepakatannya. Jika mereka menginginkannya, semua orang menjadi patuh. Jika tidak, mereka bisa menjalani hidup mereka,” tegas Presiden Hassan Rouhani, melansir English al Arabiya, Rabu, 3 Februari 2021.
Sebagaimana diketahui, mantan Presiden Donald Trump menarik AS dari JCPOA atau Joint Comprehensive Plan of Action dan menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan perekonomian Iran tahun 2018 –apa yang disebut sebagai tekanan maksimum terhadap Teheran.
Setahun kemudian, Iran menanggapi sanksi dan sikap AS dengan cara bertahap menangguhkan kepatuhannya terhadap sebagian besar komitmen dalam Pakta Nuklir. Terbaru, Iran mengungkapkan bahwa mereka memulai proses untuk memperkaya uranium hingga 20% kemurnian di fasilitas Fordow.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif meminta Uni Eropa menjadi mediator untuk mengembalikan hubungan antara Teheran dan Washington, menyusul kebuntuan diplomatik antara kedua negara.
Zarif mengatakan bahwa kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell harus berperan dalam kapasitasnya sebagai koordinator Pakta Nuklir Iran 2015, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, serta Cina.