MATA INDONESIA, BEIJING – Negara-negara di dunia mengutuk aksi biadap, serangan bom di dekat luar Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan pada Kamis (26/8), tak terkecuali Cina.
Beijing mengatakan bahwa serangan mematikan – yang dilakukan oleh kelompok bom bunuh diri Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) itu, bukti bahwa Afghanistan masih menghadapi situasi keamanan yang kompleks dan parah saat pasukan Amerika Serikat (AS) menarik diri.
Dua ledakan yang terjadi di dekat Gerbang Biara ke bandara – tempat warga Afghanistan berbaris untuk memasuki bandara yang diamankan AS, dan ledakan di dekat Baron Hotel – di mana banyak warga Inggris telah menunggu evakuasi, menewaskan sedikitnya 110 jiwa, termasuk 13 pasukan Amerika Serikat, dan 140 orang lainnya dilaporkan mengalami luka.
“Ledakan itu menunjukkan situasi keamanan di Afghanistan masih kompleks dan parah”, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, melansir The Straits Times.
“Cina terkejut dan mengutuk keras ledakan itu,” kata Zhao, seraya menambahkan bahwa kementerian belum menerima laporan tentang korban dari warga negara Cina.
Lebih dari 100 ribu orang telah dievakuasi dari Afghanistan sejak Taliban berkuasa pada 15 Agustus, dengan banyak warga Afghanistan putus asa untuk melarikan diri.
Taliban telah mengizinkan pasukan pimpinan AS untuk melakukan pengangkutan udara sementara mereka menyelesaikan rencana pemerintah yang akan diumumkan setelah pasukan AS pergi. Tapi militan ISIS – saingan Taliban dengan catatan serangan barbar di Afghanistan, berniat memanfaatkan kekacauan di Kabul.
“Cina berharap pihak-pihak terkait dapat mengambil langkah-langkah efektif untuk memastikan transisi situasi yang lancar,” sambung Zhao.
Sebelumnya Beijing mengatakan siap untuk memperdalam hubungan persahabatan dan kooperatif dengan Afghanistan setelah Taliban merebut kekuasaan dalam serangan kilat di tengah penarikan pasukan AS yang kacau balau.
Ada potensi ledakan sumber daya yang bisa didapat dari tambang tembaga dan lithium yang luas di Afghanistan, tetapi para ahli mengatakan situasi keamanan yang berbahaya berarti tidak mungkin terjadi serbuan komoditas langsung oleh perusahaan-perusahaan asal Cina.
Cina, negara yang berbatasan 76 km dengan Afghanistan, khawatir tetangganya bisa menjadi tempat pementasan bagi separatis Uighur minoritas Muslim yang ingin menyusup ke wilayah perbatasan sensitif Xinjiang.