Setelah Kudeta, Begini Kondisi Terkini Myanmar

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Militer Myanmar telah melakukan kudeta pada Senin, 1 Februari 2021. Dalam aksi itu, beberapa pemimpin negeri pun ditahan seperti Aung San Suu Kyi dan Win Myint.

Setelah melakukan kudeta, militer menyatakan lewat siaran televisi soal keadaan darurat yang akan dilakukan selama satu tahun untuk menjaga stabilitas negara.

Rupanya, kudeta tersebut merupakan sebuah tanggapan atas dugaan kecurangan selama pemilihan legislatif pada November 2020 silam.

Tentu saja, aksi kudeta tak berdarah itu telah mengubah keadaan Myanmar. Dalam tayangan YouTube AFP News Agency, sehari setelah kudeta jalanan di sekitar Shwegadon Pagoda, Yangon terlihat begitu sepi. Hanya beberapa kendaraan saja yang berlalu-lalang di jalan raya.

Sedangkan dalam tayangan YouTube Ruptly, tentara dan polisi banyak dikerahkan ke kota terbesar di Myanmar, Yangon. Dalam video itu pula terlihat beberapa mobil militer berjejer di pinggir jalan. Selain itu, banyak toko-toko yang memilih untuk tidak membuka gerainya. Akibatnya, jalanan di Yangon terlihat begitu sepi.

Dalam sebuah video yang ditayangkan The Guardian, terlihat beberapa anggota militer yang sedang memasuki sebuah rumah. Video itu diyakini sebagai rekaman penangkapan anggota parlemen oleh militer.

Beberapa jaringan komunikasi di Myanmar pun bermasalah seperti gangguan sinyal yang dialami oleh televisi negara dan saluran telepon ke ibu kota Naypyitaw juga terputus. Tak hanya itu saja, seluruh bank di Myanmar pun harus rela tutup karena akses internet yang sangat buruk.

Oleh karena itu, banyak masyarakat Yangon yang berbondong-bondong datang ke ATM untuk menarik uang mereka. Dalam video pun terlihat antrean yang luar biasa panjangnya.

Bukan itu saja, masyarakat pun melakukan panic buying. Banyak dari mereka yang langsung berburu kebutuhan di pasar atau mini market.

Reporter: Diani Ratna Utami

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Komitmen Pemerintah Wujudkan Kemandirian Ekonomi Papua Melalui Lumbung Pangan Nasional

*) Oleh : Ratna Juwita Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto telah menunjukkankomitmen kuat untuk melakukan pembangunan Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Merauke, Papua. Melalui program ini, diharapkan Papua tidak hanyamenjadi daerah yang mandiri dalam hal pangan, tetapi juga menjadi motor perekonomian yang memberikan dampak positif bagi seluruh masyarakat.  Sejak diluncurkan, program Lumbung Pangan Nasional yang berbasis di KabupatenMerauke ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Salah satunya adalahtokoh masyarakat adat Papua, Bonefasius Muenda, yang mengungkapkan bahwaPresiden Prabowo Subianto memiliki perhatian besar terhadap pembangunan di Papua. Menurut Muenda, upaya pemerintah untuk menjadikan Merauke sebagai Lumbung Pangan Nasional mencerminkan niat tulus Presiden Prabowo untuk menyejahterakanmasyarakat Papua. Hal ini tidak hanya terlihat dari kebijakan yang digulirkan, tetapijuga dari langkah konkret yang telah diambil untuk membangun infrastrukturpendukung, membuka lapangan pekerjaan, serta mendorong keterlibatan masyarakatdalam proses pembangunan. Menurutnya, program ini akan memberikan dampak langsung terhadap ekonomimasyarakat setempat, yang selama ini lebih banyak bergantung pada sektortradisional dan terbatas pada kegiatan pertanian subsisten. Melalui Lumbung Pangan Nasional, Merauke akan menjadi daerah yang tidak hanyamengelola hasil pertanian untuk kebutuhan lokal, tetapi juga untuk mendukungketahanan pangan nasional. Dengan lahan yang subur dan potensi besar dalamsektor pertanian, Merauke menjadi pilihan ideal untuk menjadi pusat produksi pangan, baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Kemudian, Presiden Prabowo juga akan membangun sejumlah infrastrukturpendukung berupa dermaga di Wanam dan jalan sepanjang 135 kilometer dariWanam ke Muting. Infrastruktur tersebut akan memberikan akses bagi petani untukmengangkut alat-alat pertanian dan hasil panen. Dengan kondisi lahan yang rata dan berawa,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini