MATA INDONESIA, JAKARTA-Virus corona (covid-19) yang terjadi di Indonesia tidak membuat kekuatan tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI) menurun.
Bahkan, tahun 2020 ini, Global Fire Power menyebut kekuatan militer Indonesia berada di posisi 16 dari 137 negara di seluruh dunia. Dan menjadikan militer Indonesia nomor 1 di Asia Tenggara, mengungguli Singapura dan Malaysia.
Bahkan Indonesia berada di atas beberapa negara yang dikenal punya kekuatan militer yang hebat. Contoh, Israel yang berada di posisi ke 18 dan Korea Utara yang berada di urutan ke 25.
Indonesia mengantongi PowerIndex (PwrIndx) 0,2544 dari 0,0000 PwrIndx yang dianggap sempurna. Disebut juga bahwa Indonesia memiliki lebih dari 800 ribu anggota militer.
Hal itu menandakan bahwa kondisi Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) Indonesia saat ini disebut sudah lebih maju. Semua itu ada andil dari tangan dingin Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto.
Untuk meningkatkan kekuatan tempur, Prabowo fokus untuk mendatangkan pesawat tempur, kapal, dan radar, termasuk industri peluru dengan mendorong PT Pindad. Prabowo optimistis Indonesia akan lebih mandiri di bidang alutsista dalam lima tahun ke depan.
Berbicara mengenai kemampuan personel militer, Indonesia memang tidak diragukan. Prajurit TNI memiliki keterampilan dan kemampuan tempur yang banyak dipuji banyak negara.
Begitu pun jumlah alutsista tiga angkatan militer yang ada, Indonesia tergolong besar. Namun, kekuatan militer ini belum tentu mencerminkan ketahanan Indonesia tatkala harus menghadapi perang.
Nah, untuk menjadikan semua seimbang, saat ini, Menteri Pertahanan Prabowo diberikan titah khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengembangkan industri pertahanan berbasis teknologi, hingga moderenisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Terbaru, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan, Kementerian Pertahanan (Kemhan) memesan 500 unit kendaraan taktis (rantis) 4×4 produksi PT Pindad untuk kebutuhan pertahanan negara.
Tak hanya itu, saat ini dirinya telah berkunjung ke Amerika Serikat dan Austria untuk membicarakan pembelian pesawat jet tempur.
Diketahui, tahun ini, Kementerian Pertahanan mendapatkan ‘jatah’ Rp 127,35 triliun, dan tercatat menjadi instansi dengan alokasi anggaran terbesar.
Bahkan pada tahun fiskal 2021, Prabowo Subianto mendapatkan amanah untuk membelanjakan alokasi anggaran sebesar Rp 129,3 triliun untuk mendukung pencapaian target prioritas pembangunan nasional di bidang pertahanan.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto untuk melakukan penguatan terhadap penguasaan teknologi pertahanan.
Jokowi menyatakan ada 3 teknologi yang perlu dicermati untuk sektor pertahanan yaitu otomatisasi, sensor, dan teknologi informasi (TI).
Pertama, teknologi otomatisasi yang akan disertai dengan pengembangan sistem senjata yang otonom, sekali lagi, teknologi otomatisasi yang akan disertai dengan pengembangan sistem senjata yang otonom.
Teknologi kedua, adalah sensor yang akan mengarah kepada pengembangan sistem penginderaan jarak jauh. “Ini beberapa kali juga kita gunakan dalam operasi-operasi.
Terakhir teknologi TI, seperti 5G dan komputasi kuantum yang akan mengarah ke pengembangan sistem senjata yang otonom serta pertahanan siber. Semuanya nanti pasti akan ke sana.