MATAINDONESIA, INTERNASIONAL – Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina tak juga membaik. Hal ini membuat Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres berharap dua negara adidaya itu tak lagi berseteru.
Guterres paham betul akan perbedaan definisi mengenai hak asasi manusia versi kamus Washington dan Beijing. Meski demikian, ia berharap kedua negara masih dapat berjabatan tangan dan bekerja sama dalam masalah iklim.
Beijing telah mendorong pengaruh global yang lebih besar, dan ini menjadi tantangan bagi kepemimpinan AS. Ketegangan antara kedua negara itu pun mencapai titik didih di PBB tahun lalu – di bawah pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump, karena pandemi virus korona.
“Saya berharap kita akan melihat kembali hubungan antara Amerika Serikat dan China. Jelas bahwa dalam hak asasi manusia, ada dua pandangan yang sangat berbeda, dan jelas bahwa dalam hak asasi manusia tidak ada ruang lingkup untuk kesepakatan atau visi bersama,” tutur Antoino Guterres, melansir Reuters, Jumat, 29 Januari 2021.
“Ada area di mana saya yakin ada konvergensi kepentingan yang berkembang, dan seruan saya adalah agar area itu dikejar oleh kedua pihak, bersama dengan seluruh komunitas internasional, dan area itu adalah aksi iklim,” sambungnya.
Belum reda ketegangan kedua negara, calon duta besar Presiden AS, Joe Biden untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield menuduh Cina mencoba mendorong agenda otoriter. Ia pun menekankan pentingnya keterlibatan kembali Paman Sam di PBB –lembaga yang beranggotakan 193 negara itu.
Menanggapi hal tersebut, Guterres mengatakan, PBB berkomitmen untuk menjamin dan memastikan bahwa PBB adalah mercusuar dari semua nilai yang terkait dengan keamanan, pembangunan, serta hak asasi manusia.
Guterres juga mengaku khawatir akan kekuatan perusahaan media sosial dan kerangka peraturan harus dibuat sehingga keputusan seperti menghentikan secara permanen akun Twitter mantan Presiden AS, Donald Trump dapat dilakukan sesuai dengan hukum.