Sekjen ESDM Hadiri Diskusi Bahas Akselerasi Pemanfaatan EBT

Baca Juga

Mata Indonesia, Jakarta – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, menghadiri acara Diskusi Haul Profesor Subroto di Jakarta, Kamis (21/12). Dadan mengungkapkan, untuk pengembangan panas bumi, pemerintah telah berusaha maksimal untuk menarik investasi pada salah satu sumber energi baru terbarukan (EBT). 

“Untuk panas bumi, insentif apa lagi yang harus pemerintah berikan, kita dari a-z untuk panas bumi itu ada, tapi mungkin memang besarannya saja yang belum maksimal, karena memang pemerintah mampunya disitu,” ujarnya 

Pemerintah juga akan mendorong program hilirisasi dengan pembangunan-pembangunan smelter yang sumber listriknya akan menggunakan sumber energi terbarukan, dengan catatan harga listrik yang berasal dari EBT kompetitif. “Nantinya kita akan paksa smelter itu pake renewable kalau memang harganya kompetitif sesuai dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sekarang,” imbuhnya.

Dadan menyebut, Rancangan Undang-Undang (RUU) Energi Baru Energi Terbarukan (EBET) terus dikebut agar bisa segera rampung sehingga akan memberikan dampak yang masif terhadap pertumbuhan EBT di Indonesia. Posisi RUU EBET sudah dikembalikkan ke panja DPR RI untuk kembali ditinjau ulang.

Dadan juga menyampaikan, PT. PLN (Persero) sebagai eksekutor dalam program ketenagalistrikan di Indonesia terus berbenah dengan mempercepat lelang dalam pengadaan proyek-proyek ketenagalistrikan. Serta dengan mengupayakan agar lelang tersebut tidak gagal dan terjadi lelang ulang. Sehingga proyek-proyek ketenagalistrikan bisa akan lebih cepat selesai.

“Sekarang proses lelang di PLN hanya 4-5 bulan, lebih cepat dari sisi waktu, tadinya kan setahun. Jadinya ini bisa maju lebih cepat, lebih jelas dan akan cepat selesai,” ungkapnya.

(Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Swasembada Pangan dan Energi Jadi Pilar Kedaulatan Ekonomi Nasional

Indonesia menempatkan swasembada pangan dan energi sebagai prioritas utama dalam strategi pembangunan nasional. Langkah ini bukan sekadar ambisi politik, melainkan kebutuhan mendesak untuk membangun fondasi kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan dukungan geografis yang strategis, Indonesia memiliki modal kuat untuk mewujudkan cita-cita besar ini. Dalam evaluasi enam bulan awal kepemimpinannya, Presiden Prabowo Subianto memberikan apresiasi tinggi terhadap pencapaian luar biasa di sektor pangan dan energi nasional. Hasil produksi pangan telah berhasil melebihi proyeksi awal dengan capaian bersejarah berupa stok beras dan jagung terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Sementara itu, di sektor energi, peresmian operasional perdana sumur Forel dan Terubuk di wilayah Natuna berhasil menambah kapasitas produksi sebesar 20 ribubarrel minyak dan 60 juta standar kaki kubik gas harian. Prestasi ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas nyata untuk mencapai kemandirian di kedua sektorvital tersebut. Konsep swasembada yang sesungguhnya tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhandomestik semata. Seperti yang ditegaskan ekonom INDEF Muhammad Rizal Taufikurahman, swasembada berarti kemampuan memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menghasilkan surplus untuk ekspor. Definisi ini menempatkan Indonesia tidakhanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan eksportir yang mampuberkontribusi pada pasokan global. Sektor pertanian telah membuktikan perannya sebagai tulang punggung ekonominasional. Sektor ini menjadi penyangga stabilitas sosial ekonomi masyarakat. Kontribusinya terhadap PDB menunjukkan bahwa investasi pada sektor ini akanmemberikan dampak berganda yang signifikan. Ketika produktivitas pertanianmeningkat, efeknya akan merambat ke sektor-sektor lain, menciptakan ekosistemekonomi yang lebih kuat dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini