MATA INDONESIA, JAKARTA-Keberadaan industri sawit di Indonesia mendapat sorotan positif dari Duta Besar Uni Eropa, Vincent Piket. Menurutnya minyak sawit mewakili 8 persen dari total perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa, dan merupakan 16 persen dari ekspor Indonesia ke Uni Eropa.
“Sektor ini merupakan sumber lapangan kerja dan pendapatan besar di daerah.” katanya.
Lebih lanjut disampaikan Piket, hal ini mendorong minat besar Uni Eropa untuk bekerja sama dengan pemerintah, industri, dan organisasi masyarakat sipil untuk meningkatkan standar keberlanjutan di seluruh rantai pasokan minyak sawit.
“Secara khusus, Uni Eropa ingin memastikan bahwa minyak sawit yang kami beli tidak akan berkontribusi terhadap deforestasi. Indonesia sedang bekerja keras untuk hal ini,” kata Piket.
Terkait IEU-CEPA, studi oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa, setelah diberlakukan dan diterapkan, CEPA akan membawa pertumbuhan PDB 2,1 persen untuk Indonesia pada tahun 2032. “Ini berarti 5 miliar Euro tahun demi tahun,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Riau, Syamsuar menyambut baik kunjungan Uni Eropa. “Hubungan Indonesia dan Uni Eropa sejak dulu sangat erat dan saling membangun. Peluang investasi terbuka lebar bagi Uni Eropa melalui beberapa proyek potensial yang dapat didanai investor asing antara lain dari sektor industri yaitu Industri hilirisasi crude palm oil,” kata Syamsuar.
Sementara dari sektor infrastruktur, imbuh Syamsuar, yaitu Pengembangan Kawasan Industri Tanjung Buton dengan Pembangunan Industri Minyak Goreng yang keduanya berlokasi di Kabupaten Siak. Selain itu, di sektor perkebunan, produksi kelapa sawit di Provinsi Riau mencapai 7.466.260 ton pada tahun 2019.
Syamsuar juga berharap, melalui pertemuan ini dapat mendorong investor Eropa untuk berinvestasi di Riau.
“Selain berinvestasi, kami juga ingin memperluas peluang untuk melakukan ekspor ke Eropa. Karena itu kami berharap para pelaku usaha dapat membuka wawasan bagaimana meningkatkan potensi ekspor perdagangan,” katanya.