MATA INDONESIA, LONDON – Sebuah serangan truk pick up menabrak dan menyebabkan empat orang dari keluarga Muslim di Kanada meninggal dunia. Keluarga ini menjadi sasaran kejahatan kebencian anti-Islam, demikian laporan polisi Kanada.
“Ada bukti bahwa ini adalah tindakan yang direncanakan, direncanakan, dimotivasi oleh kebencian,” Inspektur Detektif, Paul Waight dari departemen kepolisian London, Ontario, mengatakan kepada wartawan, melansir Reuters, Selasa, 8 Juni 2021.
“Diyakini bahwa para korban ini menjadi sasaran karena mereka Muslim,” sambung Waight.
Polisi Kanada menangkap tersangka penyerang, Nathaniel Veltman pada Minggu (6/6). Truknya membelok dari jalan, melewati trotoar, menabrak keluarga dan kemudian melaju dengan kecepatan tinggi, kata polisi, mengutip saksi.
Saksi mata Paige Martin mengatakan kepada wartawan sebuah truk hitam meledak melewatinya dan menerobos lampu merah saat dia berjalan, dan kemudian dia tiba di tempat kejadian dan melihat insiden tersebut.
Veltman, yang digambarkan sebagai penduduk London, Kanada, didakwa dengan empat tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan satu percobaan pembunuhan. Dia dijadwalkan kembali ke pengadilan pada Kamis (10/6) setelah dikembalikan ke tahanan pada Senin.
Pria berusia 20 tahun itu tidak memiliki catatan kriminal, dan tidak diketahui sebagai anggota kelompok kebencian, kata polisi. Dia ditangkap di tempat parkir mal tanpa insiden saat mengenakan rompi pelindung tubuh, kata polisi Kanada. Tidak ada bukti bahwa dia memiliki kaki tangan.
Polisi Kanada belum merilis nama para korban, tetapi London Free Press melaporkan bahwa korban tewas di antaranya: Syed Afzaal (46 tahun), istrinya, Madiha Salman (44 tahun), dan putri mereka yang berusia 15 tahun, Yumnah Afzaal.
Ibu Syed Afzaal yang berusia 74 tahun, yang namanya belum dikonfirmasi, juga meninggal dunia. Putra mereka yang berusia 9 tahun, Faez Afzaal, berada di rumah sakit dengan cedera serius namun tidak mengancam jiwa.
Serangan itu adalah yang terburuk terhadap Muslim Kanada sejak seorang pria menembak mati enam anggota masjid Kota Quebec tahun 2017. Walikota London Ed Holder mengatakan itu adalah pembunuhan massal terburuk yang pernah terjadi di kotanya – 200 km barat daya Toronto, yang pernah terjadi.
“Kami berduka untuk keluarga, tiga generasi di antaranya sekarang telah meninggal. Ini adalah tindakan pembunuhan massal, dilakukan terhadap Muslim, terhadap warga London, dan berakar pada kebencian yang tak terkatakan,” kata Holder.
“Ada beberapa orang yang sangat, sangat ketakutan di luar sana,” sambungnya.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau dalam akun Twitter-nya bahwa dia ngeri dengan pemberitaan tersebut. Justin menambahkan bahwa Islamofobia tidak memiliki tempat di negaranya dan kebencian ini berbahaya dan tercela, sehingga harus dihentikan.
Waight mengatakan polisi di London, Kanada sedang berkonsultasi dengan Royal Canadian Mounted Police dan jaksa tentang kemungkinan mengajukan tuduhan terorisme.
“Ini adalah serangan teroris di tanah Kanada, dan harus diperlakukan seperti itu,” kata Mustafa Farooq, kepala Dewan Nasional Muslim Kanada.
London, kota yang berpenduduk sekitar 400 ribu jiwa itu, memiliki komunitas Muslim yang besar dan Holder mengatakan bahasa Arab adalah bahasa kedua yang paling banyak digunakan setelah bahasa Inggris di kota tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan Global News, tetangga korban mengatakan bahwa Syed Afzaal adalah sosok yang hangat dan anggota tetap masjid di Kota London, Kanada.
“Dia adalah seorang pria keluarga, sangat terlibat dalam masyarakat, anggota tetap masjid kami, ayah yang sangat, sangat hebat. Dia suka jalan-jalan bersama keluarganya. Hampir setiap malam, mereka jalan-jalan,” tutur sang tetangga, yang tidak disebutkan namanya.