Sadis, Rusia Pecat dan Ancam Pidana 60 Pasukan Terjun Payung!

Baca Juga

MATA INDONESIA, MOSKOW – Sebanyak 60 pasukan terjun payung Rusia dari satu unit di Provinsi Pskov nekat menolak untuk berperang di Ukraina. Akibatnya? Pasukan tersebut dipecat dan beberapa diancam dengan tuntutan pidana karena desersi atau gagal mematuhi perintah.

Kabar ini dilaporkan oleh surat kabar independen Rusia Pskovskaya Gubernia di saluran Telegram-nya. Sebagai informasi, Pskovskaya Gubernia adalah surat kabar Rusia yang terkenal dengan laporan independennya.

Di tengah tindakan keras negara itu terhadap media independen, bulan lalu pihak berwenang menggerebek kantor surat kabar dan rumah karyawan senior, menurut Komite Perlindungan Jurnalis.

Aktivis lokal Nikolay Kuzmin, yang berafiliasi dengan partai oposisi Yabloko di Rusia, tampaknya menguatkan laporan di Telegram.

Kuzmin mengatakan bahwa ia berbicara dengan seorang pengemudi yang mengangkut beberapa pasukan terjun payung dari Belarusia kembali ke Pskov – sebuah pangkalan penting bagi pasukan lintas udara Rusia.

Pasukan lintas udara militer Rusia, VDV, telah menderita kerugian besar di Ukraina, yang telah merusak status elit mereka sebelumnya. Satu unit di dalam VDV, Resimen Parasut Pengawal 331 yang terkenal, kehilangan komandannya, Kolonel Sergei Sukharev, dan sedikitnya 39 anggota lainnya.

Pasukan Rusia telah menderita kerugian besar sejak Presiden Putin menginstruksikan apa yang disebutnya sebagai operasi milter penuh ke Ukraina pada 24 Februari 2022, dan laporan menunjukkan bahwa moral tentara Rusia memburuk.

Melansir Yahoo News, Minggu, 10 April 2022, pasukan terjun payung Pskov bukanlah satu-satunya yang dilaporkan menolak untuk bertempur. Setidaknya 11 anggota Garda Nasional Rosgvardia Rusia di wilayah Khakassia juga memberontak, Newsweek melaporkan, mengutip outlet berita berbahasa Rusia New Focus.

Pengacara hak asasi manusia, Pavel Chikhov mengatakan di saluran Telegram-nya bahwa Kapten Farid Chitav dan 11 bawahannya Rosgvardia menolak untuk menyerang Ukraina pada 25 Februari karena perintah itu ilegal, demikian dilaporkan Newsweek.

Beberapa orang Rusia yang ditangkap mengatakan bahwa para pemimpin mereka berbohong mengenai rencana untuk menyerang Ukraina – sesuatu yang membuat mereka tidak siap untuk perlawanan sengit.

Terlepas dari banyak keuntungan, militer Rusia gagal mencapai kemenangan cepat yang diharapkan di Ukraina seperti yang ditargetkan.

Kepala intelijen Inggris, Jeremy Fleming mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin keliru menilai situasi sebelum menyerang, sebagian karena para penasihatnya takut mengatakan yang sebenarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Program Prioritas Makan Bergizi Gratis Hadirkan Manfaat Hingga Turunkan Angka Stunting

Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu prioritas pemerintahan saat ini diharapkan mampu membawa manfaat...
- Advertisement -

Baca berita yang ini