MINEWS.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (Amerika Serikat) ditutup melemah pada Rabu 9 Oktober 2019. Petang ini, rupiah melemah tipis 0,11 persen ke level Rp 14.170 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp 14.182 per dolar AS atau melemah dibanding Selasa kemarin, yakni Rp 14.170 per dolar AS. Hari ini, rupiah bergerak di dalam rentang Rp 14.155 hingga Rp 14.184 per dolar AS.
Mengutip data RTI Bussines, sore hari ini, pergerakan mata uang utama Asia bervariasi atas dolar AS. Yuan China menguat 0,020 persen. Dolar Singapura yang menguat 0,16 persen. Sementara Yen Jepang melemah 0,19 persen.
Mata uang negara maju seperti Euro, dolar Auatralia dan Poundsterling juga menguat masing-masing 0,23 persen, 0,24 persen dan 0,09 persen
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh sejumlah sentimen eksternal di antaranya sebagai berikut.
Pertama, investor atau pelaku pasar mencerna isi pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Selasa soal penurunan suku bunga acuan. Powell telah mengatakan bahwa hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem keuangan memiliki likuiditas yang cukup untuk berfungsi.
“Itu menunjukkan bahwa The Fed akan membatasi diri untuk membeli aset pendek, menghindari segala upaya untuk campur tangan langsung dalam pembentukan harga untuk jatuh tempo yang lebih lama. Sebaliknya, Bank Sentral Eropa baru-baru ini berkomitmen untuk melanjutkan pembelian obligasi pemerintah 20 miliar euro per bulan,†katanya.
Kedua, adanya laporan bahwa pembicaraan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa hampir berakhir. Dalam panggilan telepon pada hari Selasa, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bahwa kesepakatan itu “sangat tidak mungkin,” kata sumber Downing Street.
“Namun, Perdana Menteri Boris Johnson telah mengisyaratkan dia akan meminta perpanjangan batas waktu 31 Oktober, seperti yang disyaratkan oleh hukum Inggris, jika dia tidak mendapatkan kesepakatan pada KTT minggu depan, pasar masih enggan untuk menentukan harga dalam skenario terburuk,†ujar Ibrahim.
Ketiga, kekhawatiran perang dagang AS-China akan kembali memanas dalam minggu ini. Sebuah laporan South China Morning Post mengatakan bahwa pada Selasa 8 Oktober 2019, China telah menurunkan harapan menjelang pembicaraan perdagangan tingkat tinggi antara kedua negara. Laporan itu mengatakan delegasi China dapat meninggalkan Washington sehari lebih awal dari yang dijadwalkan.
“China juga mengisyaratkan akan membalas setelah AS memasukkan daftar perusahaan teknologi China ke daftar hitam untuk mengatasi pelanggaran HAM di Tiongkok,†ujarnya.