MINEWS, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan masih akan terkurung di zona merah pada perdagangan Kamis, 14 November 2019. Kemarin rupiah tergerus ke level Rp 14.075 per dolar AS atau turun 0,14 persen.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim pun memperkirakan laju rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp 14.050 hingga Rp 14.110 per dolar AS.
Ia mengatakan pelemahan rupiah masih akan disebabkan oleh sejumlah sentimen dari luar negeri di antaranya sebagai berikut.
Pertama, soal tensi perang dagang antara AS dan China yang meningkat. Presiden AS Donald Trump mengacam bakal menaikan tarif di Tiongkok jika tidak ada kesepakatan tercapai.
Kedua, soal Brexit. Ketua Partai Brexit Nigel Farage mengatakan partainya tidak akan memperebutkan kursi yang saat ini dipegang oleh Partai Konservatif. “Hal ini membuka peluang dan mengamankan rencana Boris Johnson untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa,†kata Ibrahim sore ini.
Ketiga, soal kerusuhan politik di Hongkong. Aksi demo yang ricuh di sana terus mendapat perhatian, di mana polisi memerangi demonstran pro-demokrasi di beberapa kampus universitas di kota itu. Beberapa jaringan transportasi, sekolah, dan banyak bisnis tutup pekan ini di tengah meningkatnya kekerasan.
Sementara dari internal, laju rupiah hari ini dibayangi oleh upaya pemerintah dan Bank Indonesia yang telah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan perekonomian yang sempat meredup akibat gejolak global.
“Upaya tersebut lewat strategi bauran, reformasi birokrasi, reformasi keuangan, penurunan suku bunga acuan maupun intervensi secara langsung di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan DNDF. Namun strategi tersebut belum bisa membawa indonesia untuk mempertahankan target PDB di 5,1 persen di tahun 2019,†katanya.
Ke depan, kata Ibrahim, akan ada strategi terbaru yang kemungkinan diterapkan oleh pemerintah tentang perkembangan ekonomi syariah. Perkembangannya akan bertumpu pada pengembangan di lini pesantren, UMKM, Industri Pariwisata, Industri halal dan lain-lain yang akan menggapai seluruh lapisan masyarakat diberbagai daerah yang belum memiliki akses terhadap produk dan jasa keuangan.
“Dan strategi ini akan meningkatkan inklusi keuangan dalam negeri ditengah melambatnya ekonomi global akibat perang dagang dan Brexit yang sampai saat ini belum ada kepastian,†ujarnya.