Rupiah Diprediksi Tetap Melemah Senin Ini

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA - Nilai tukar rupiah atas mata uang dolar Amerika Serikat (AS) diramalkan akan tetap melemah Senin ini, 29 Juli 2019.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim memperkirakan di awal pekan, mata uang Garuda bakal melemah di level Rp 13.975 per dolar AS hingga Rp 14.035 per dolar AS.

Sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat 26 Juli 2019 lalu, rupiah berada di posisi Rp14.008 per dolar AS pada perdagangan pasar spot. Rupiah tercatat melemah 0,23 persen dibandingkan penutupan Kamis sore.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.001 per dolar AS atau melemah dibanding kemarin, yaitu Rp13.986 per dolar AS.

Sebagian besar mata uang utama Asia juga melemah terhadap dolar AS pada Jumat kemarin. Yen Jepang melemah 0,04 persen, dolar Singapura melemah 0,09 persen, yuan China melemah 0,12 persen, ringgit Malaysia melemah 0,13 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,29 persen.

Namun, terdapat pula mata uang yang menguat terhadap dolar AS, yakni dolar Hong Kong sebesar 0,01 persen, baht Thailand sebesar 0,05 persen, dan peso Filipina sebesar 0,13 persen. Di sisi lain, rupee India bergeming menghadapi dolar AS.

Mata uang negara maju juga menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS. Euro melemah 0,11 persen, poundsterling Inggris melemah 0,19 persen, dan dolar Australia melemah 0,29 persen.

Ibarahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan ekspektasi pasar akan pelonggaran kebijakan moneter bank-bank sentral global kian ciut. Terlebih, Bank Sentral Eropa memutuskan untuk tidak menurunkan suku bunga acuan setidaknya hingga semester I tahun depan.

“Ini membuat pelaku pasar yakin bahwa bank sentral AS, The Fed, mungkin masih akan menurunkan suku bunga acuannya, Fed Rate, namun tidak sedalam seperti ekspektasi sebelumnya,” ujarnya kepada Mata Indonesia News, Jumat lalu.

The Fed pun diprediksi hanya akan menurunkan Fed Rate 25 basis poin dari ramalan sebelumnya 50 basis poin pada rapat komite pasar federal terbuka (FOMC) akhir bulan ini. “Tetapi, pemangkasan sebanyak tiga kali di tahun ini masih terbuka lebar,” kata Ibrahim.

Kemudian, AS juga mencatat lonjakan pesanan barang modal, di mana data itu tentu memberi dampak bagi The Fed untuk menahan suku bunga acuannya. Namun, pasar kini tetap menunggu rilis pertumbuhan ekonomi AS kuartal II yang sedianya diumumkan Jumat lalu waktu setempat.

“Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan melambat menjadi 1,8 persen pada kuartal kedua dari 3,1 persen pada kuartal sebelumnya,” kata Ibrahim.

Krisantus de Rosari Binsasi

Berita Terbaru

JAKOP dan Arah Baru Papua: Dari Persatuan Iman Menuju Kesejahteraan Sosial

Oleh: Pukat Telenggen *) Perjalanan Papua menuju kesejahteraan yang inklusif memerlukan fondasi sosial yang kuat, terutama pada tataran moral, keterhubungan komunitas, dan kemitraan strategis dengan pemerintah. Dalam konteks inilah, Jaringan Komunikasi Oikumene Papua (JAKOP) memainkan peran penting sebagai jembatan yang mempertemukanaspirasi keagamaan dengan arah kebijakan pembangunan nasional. Selamabertahun-tahun, gereja menjadi institusi yang paling dekat dengan masyarakatPapua, sehingga kontribusinya terhadap stabilitas sosial dan kemajuan ekonomimenjadi sangat signifikan. Ketua JAKOP, Pendeta Nabot Manufandu, dalam diskusi panel yang berlangsung di Jayapura, menjelaskan bahwa penguatan nilai-nilai moral berbasis Injil menjadilangkah awal yang harus diperkuat bersama. Sebagai tokoh gereja yang memahamidinamika sosial Papua, ia menyatakan bahwa kampanye moral tersebut tidakdimaksudkan sebagai agenda baru, melainkan kelanjutan dari pekerjaan lama yang terbukti relevan dalam memperkuat resiliensi masyarakat. Kesadaran moral inimenjadi salah satu unsur penting dalam pembangunan sosial yang sejalan dengankerangka kebijakan pemerintah, terutama dalam menciptakan Papua yang damaidan produktif. Di sisi lain, tokoh oikumene seperti Pendeta Fredy Toam dan Pendeta DominggusNoya memperkuat pandangan bahwa kesatuan tubuh gereja, meskipun terbagidalam banyak denominasi, merupakan pilar strategis dalam mendorong stabilitassosial. Mereka menilai bahwa kerja sama lintas denominasi tidak hanyamemperkokoh solidaritas umat, tetapi juga memperluas ruang dialog hingga kedaerah yang sebelumnya sulit dijangkau. Pendekatan seperti ini sangat mendukungagenda pemerintah yang menempatkan pembangunan manusia sebagai inti darikesejahteraan Papua. Ketika komunitas gereja bersatu dan terlibat aktif, makaprogram pemerintah, termasuk terkait pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaanekonomi, memiliki ekosistem sosial yang lebih siap untuk menerima danmenjalankannya. Pemerintah pusat telah menetapkan Papua sebagai wilayah prioritas dalam petajalan kesejahteraan nasional melalui berbagai program strategis, mulai daripendekatan pembangunan daerah otonomi baru hingga percepatan pelayanandasar. Komitmen JAKOP untuk memperkokoh hubungan lintas denominasi baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional dapat menjadi katalisator yang mempercepat penerimaan publik terhadap berbagai kebijakan tersebut. Peran gerejasebagai mitra strategis pemerintah menjadi semakin relevan karena ia memilikijaringan luas hingga ke pelosok yang sering kali tidak tersentuh oleh pendekatanformal birokrasi. Dengan demikian, transformasi sosial dapat berjalan lebih cepatdan lebih kontekstual. Salah satu poin penting yang disampaikan JAKOP adalah penanaman nilai cinta kasihdan persaudaraan dalam kegiatan gereja yang disesuaikan dengan kondisimasyarakat di berbagai wilayah Papua. Nilai-nilai ini memiliki dampak langsungterhadap stabilitas sosial karena mampu meredam berbagai narasi yang memecahbelah, sekaligus memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap negara. Pemerintahterus berupaya membangun Papua melalui pendekatan humanis yang menempatkanrakyat sebagai subjek pembangunan. Dengan dukungan gereja, pendekatantersebut mendapatkan legitimasi sosial yang lebih kuat, terutama di wilayah-wilayahyang rentan terhadap konflik atau disinformasi. Keterlibatan gereja dalam menyumbangkan pemikiran dan tindakan bagipembangunan Papua juga selaras dengan visi pemerintah menuju Indonesia Emas2045. Dalam pandangan Manufandu, kontribusi pemikiran tersebut bertujuanmemperkuat kolaborasi antara gereja, pemerintah, dan lembaga adat. Pemerintahtelah mendorong kolaborasi lintas lembaga dalam berbagai program strategis, karena kesejahteraan Papua bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga soalharmoni sosial dan keterpaduan nilai budaya. Komunitas adat memegang peranpenting dalam struktur sosial Papua, dan keberadaan gereja sebagai pihak yang dihormati dapat menjembatani dialog antara pemerintah dan masyarakat adatsecara lebih konstruktif. JAKOP juga menekankan pentingnya kerja kolaboratif yang melibatkan pemerintahpusat dan daerah. Selama ini, salah satu tantangan pembangunan Papua adalahkesenjangan informasi dan perbedaan cara pandang antara berbagai level pemangku kepentingan. Dengan hadirnya jaringan Oikumene yang kokoh, jalurkomunikasi antara pemerintah dan warga menjadi lebih efektif. Kerja sama dalambidang kesejahteraan masyarakat yang ditekankan JAKOP menjadi komplementerterhadap agenda pemerintah, terutama dalam memastikan akses merata terhadappendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi. Pendekatan kolaboratif semacam inimemungkinkan kebijakan pemerintah diterjemahkan secara lebih tepat ke dalamkebutuhan konkret masyarakat. Sinergi antara gereja dan pemerintah bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, melainkan hasil dari perjalanan panjang yang berlandaskan kepedulian bersamaterhadap masa depan Papua. Pemerintah membutuhkan mitra yang memahamikarakter sosial masyarakat, sementara gereja membutuhkan ruang kolaborasi yang mampu memperluas dampak pelayanan kemanusiaannya. Komitmen JAKOP yang dirumuskan melalui forum diskusi panel menunjukkan bahwa kedua belah pihakmemiliki tujuan yang sama, yaitu memastikan masyarakat Papua menikmatikesejahteraan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Jika sinergi ini dijaga dan diperkuat, maka Papua memiliki peluang besar untukmenjadi contoh keberhasilan pembangunan inklusif di Indonesia. Langkah-langkahkolaboratif yang dilakukan hari ini akan menentukan bagaimana Papua menapaki 20 tahun ke depan menuju Indonesia Emas 2045. Pembangunan yang melibatkankekuatan moral, sosial, dan kebijakan publik secara terpadu akan menciptakanekosistem yang memungkinkan masyarakat hidup lebih sejahtera, lebih damai, danlebih optimis terhadap masa depan sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia. *) Pemerhati Isu Sosial dan Pembangunan Daerah Papua
- Advertisement -

Baca berita yang ini