MATA INDONESIA, JAKARTA – Rentetan gempa yang terjadi, Selasa 7 Juli 2020, bisa mengakibatkan terjadinya sebuah gempa besar. Tetapi Kepala bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengingatkan gempa itu tidak bisa diprediksi tetapi patut diwaspadai.
Penjelasannya, dalam ilmu kegempaan ada teori tipe gempa yang didahulu dengan serangkaian gempa pembuka.
“Setiap gempa besar hampir dipastikan didahului dengan rentetan aktivitas gempa pembuka. Tetapi rentetan gempa yang terjadi di suatu wilayah juga belum tentu berakhir dengan munculnya gempa besar,” demikian penjelasan tertulis Daryono yang dikutip Rabu 8 Juli 2020.
Menurutnya, hal tersebut merupakan karakteristik ilmu gempa yang penuh ketidakpastian (uncertainty) tinggi. Meski begitu kita harus paham bahwa ada karakteristik gempa seperti itu.
Gempa beruntun pada Selasa 7 Juli 2020 menurut dia tidak memiliki saling kaitan. Gempa Laut Jawa di utara Jepara berkekuatan M 6.1 yang terjadi Rabu 7 Juli 2020 pagi dinihari pukul pukul 05.54.44 WIB, Gempa Selatan Banten M5.1 pukul 11.44.14 WIB, Gempa Selatan Garut M 5.0 pukul 12.17.51 WIB, dan Gempa Selatan Selat Sunda M 5.2 pada 13.16.22 WIB berada pada sumber gempa yang berbeda, kedalaman yang berbeda, dan juga berbeda mekanismenya.
Gempa yang terjadi di Banten Selatan dan Selatan Garut bersumber dari sumber gempa yang berbeda. Gempa Banten selatan terjadi akibat adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Benioff di kedalaman 87 kilometer, sementara Gempa Selatan Garut Selatan Garut dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Megathrust. Jadi kedua gempa ini sumber gempanya berbeda.
Semakin banyak gempa terjadi, mungkin juga teguran bagi kita semua untuk lebih dekat dengan sang pencipta dan selalu memohon perlindungannya #KomenPositif