Rekor IHSG, Optimis Pemulihan Ekonomi di Lantai Bursa

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Papan skor pada Bursa efek Indonesia (BEI) mengukir indeks harga saham gabungan (IHSG) tertinggi (all time hight) pada Jumat 18 Februari 2022.

Indeks sempat menyentuh level 6.897 pada sesi perdagangan siang, sebelum tutup di level 6.892. Sepekan sebelumnya, IHSG menguat 1,13%, dan kapitalisasinya juga meningkat 1,26%. Hingga mencetak rekor tertingginya dengan nilai mencapai Rp8.695 triliun.

Kenaikan IHSG terangkat oleh penguatan sembilan indeks sektoral. Hanya dua indeks sektoral yang merosot ke zona merah.

  • Sektor transportasi dan logistik menciut 1,04%.
  • Kesehatan melemah 0,15%.
  • Infrastruktur melonjak 2,37%.
  • Sektor teknologi melejit 1,90%.
  • Properti dan real estat melesat 1,47%.
  • Perindustrian terdongkrak 1,18%.
  • Keuangan menggeliat naik 0,91%.
  • Sektor barang konsumsi primer menguat 0,86%
  • barang konsumsi nonprimer naik 0,78%.
  • Sektor barang baku menguat 0,73%
  • Energi naik 0,44%.

Kendati IHSG dan kapitalisasi pasar membukukan peningkatan, frekuensi transaksi bursa rata-rata harian tertekan 6,86%. Dengan volume transaksi yang menyusut hingga 9,31% menjadi 23,82 miliar saham, dari pekan sebelumnya yang 26,27 miliar saham. Maka, nilai transaksi harian rata-rata juga terkikis 8,57%, menjadi Rp 12,434 triliun dari Rp 13,599 triliun di pekan sebelumnya. Toh, kenaikan indeks terjadi karena secara rata-rata harga saham mengalami penguatan.

Di tengah menipisnya transaksi harian itu, investor asing terus menunjukkan kegairahannya, dengan mencatatkan nilai beli bersih Rp799,28 miliar menjelang akhir pekan. Di sepanjang pekan itu, capital inflow dari investor asing tercatat sebesar Rp 3,8 triliun. Capaian itu memperkuat catatan beli bersih asing sepanjang tahun 2022 ini menjadi Rp 19,184 triliun.

Para analis pasar modal mengatakan, kenaikan IHSG pada seminggu  terakhir ini menunjukkan adanya keyakinan bahwa pemulihan ekonomi nasional akan terus berlanjut. Sendi ekonomi makro di dalam negeri pun makin membaik. Hal ini terlihat dari adanya surplus baik pada neraca perdagangan maupun neraca pembayaran. Data surplus ganda itu beredar luas di berbagai kalangan di BEI.

Keterangan pers Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, usai rapat paripurna Kabinet Indonesia Maju, menyebutkan bahwa perekonomian nasional sudah melampaui kondisi prapandemi. Bahkan menambah sentimen positif di BEI. Isyarat kuat bahwa pemerintah akan kembali ke ketentuan APBN yang lama, dengan defisit anggaran maksimum 3 persen DGP, tak mengurangi kegairahan di BEI.

Sejumlah isu dengan potensi meniupkan sentimen negatif juga beredar. Isu global konflik Rusia dan Ukraina masih terus membayang-bayangi pasar modal. Namun, adanya tren meredanya ancaman perang itu membuat sentimen negatif itu meredup.

Gelagat ancaman inflasi global juga ikut mewarnai sentimen di pasar modal. Para investor pun terus mencermati inflasi di Amerika Serikat (AS) yang pekan lalu mencapai 7,5 persen. Inflasi juga terjadi di sejumlah negara emerging. Argentina mencatat inflasi 50 persen, Turki 48 persen, Brazil 10,4 persen, Rusia 8,7 persen, dan Meksiko 7,1 persen.

Yang di waspadai para investor pasar modal dari situasi inflasi ini adalah kebijakan The Fed. Apa pun tindakannya akan mempengaruhi situasi moneter global. Namun, pengetatan kebijakan moneter The Fed untuk meredam inflasi di AS, dengan menaikkan suku bunga,  sejauh ini belum terlalu berdampak bagi kondisi moneter di Indonesia.

BEI sepanjang pekan juga menikmati sentimen positif lainnya. Yakni dari harga minyak sawit mentah (CPO) yang terus menguat akibat tarikan pasar ekspor yang masih kuat. Terlepas tarikan ekspor itu membuat minyak goreng dalam negeri melonjak, toh penguatan harga CPO menjadi perangsang kenaikan IHSG. Apalagi, pajak impor CPO ke India terpangkas dari 7,5 persen menjadi 5 persen.

Sejumlah analis mengatakan yakin bahwa IHSG masih berpotensi menguat, menorehkan angka all time hight (ATH) yang baru dan menembus batas psikologis 7.000 di pekan keempat Februari 2022. Isu pandemi dan kenaikan harga komoditas pangan di pasar global dan domestik tak cukup sensitif untuk mendatangkan arus balik. Namun, isu kenaikan bunga dari kebijakan The Fed akan menjadi perhatian para investor. Bila sentimen negatif melonjak, IHSG bisa terdorong turun ke level 6.740–6.790.

Bursa Obligasi di BEI juga makin semarak. Satu obligasi baru kembali masuk ke pasar, dan menjadi obligasi ke-7 dari 6 emiten untuk 2022. Secara keseluruhan, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sampai saat ini berjumlah 484 emisi, terbit 124 emiten, dengan total nilai nominal outstanding Rp 432,24 triliun dan USD47,5 juta yang terbit oleh 124 emiten.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini