MATA INDONESIA, JAKARTA – Peneliti dari The Habibie Center Sopar Peranto menegaskan untuk meningkatkan program berbasis komunitas untuk cegah eksklusivitas kelompok. Dalam hal ini yaitu di sektor keagamaan. Hal ini bertujuan untuk meredam radikalisme dan ekstremisme di tengah kehidupan masyarakat.
“Tingkatkan program-program berbasis komunitas yang menguatkan kohesi sosial dan solidaritas perlu didorong untuk mengurangi meningkatnya eksklusivitas kelompok di masyarakat selama pandemi,” kata Sopar Peranto dalam diskusi bertema ‘Covid-19, Demokrasi, dan Ekstremisme di Indonesia di kanal Youtube The Habibie Center, Jumat 19 Maret 2021.
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia Alissa Wahid juga pernah menekankan bahwa praktik agama yang eksklusif adalah aspek yang memicu terjadinya intoleransi.
Ia memberikan contoh seperti kasus intoleransi di dunia pendidikan yang sempat terjadi di bulan Januari tahun 2021. Seorang siswi non muslim diwajibkan mengenakan jilbab di SMKN 2 Padang.
“Soal seragam, formalisasi seragama khusus keagamaan itu bagian dari sini (agama eksklusif), tentang dunia pendidikan, ruang untuk menyemai nilai-nilai kebangsaan Indonesia,” kata Alissa.
Alissa juga menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan masyarakat yang memahami cara untuk mengelola diri mereka sendiri dalam beragama sampai dengan memiliki wawasan yang luas.
“Apa yang dibutuhkan oleh Indonesia saat ini, kita butuh warga bangsa yang tentu dia cakap mengelola dirinya dan kehidupannya, dia punya kearifan Indonesia dan dia punya wawasan global. Ini harus kita pastikan bahwa masyarakat Indonesia itu berwawasan global, tetapi akar kearifan Indonesia itu sangat penting,” kata Alissa.