Realisasi Penggunaan Bahan Bakar Diesel B40

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pemerintah terus berupaya memenuhi komitmen penggunaan energi hijau.

Salah satunya dengan pengembangan green diesel atau D100 sebagai bahan campuran bahan bakar nabati biodiesel. Atau mandatory biodiesel 40 persen. Upaya itu sudah sangat tepat. Laporan terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa kinerja ekspor bahan baku minyak diesel melambung kendati harganya turun drastis.

Mengutip laporan BPS, harga minyak kelapa sawit pada periode Juni 2022 hanya mencapai USD1.501,10 per ton atau USD1,50 per kilogram. Turun 12,57 persen dari bulan sebelumnya (month to month/mtm). Namun, secara tahunan (year on year/yoy) naik 49,45 persen.

Data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyebutkan, harga tandan buah segar (TBS) petani mandiri di 22 provinsi rata-rata hanya Rp 800 per kilogram (kg) per 14 Juli 2022. Padahal, normalnya harga TBS petani Rp3.500–4.500 per kg.

Harga komoditas itu masih relatif bagus. Terutama di daerah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, dan Jambi. Masing-masing harganya ada di Rp1.050 per kg. Di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Sumatra Barat Rp900 per kg.

Adapun, di Aceh, Lampung, Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua, dan Papua Barat harga TBS hanya di kisaran Rp800–850 per kg. Rata-rata harga TBS di masing-masing daerah anjlok 40–65 persen.

Di tengah suramnya harga TBS, ekspor CPO Indonesia justru melesat pada Juni 2022. BPS melaporkan nilai ekspor USD26,09 miliar. Naik 40,68 persen dari tahun lalu atau yoy dan 21,30 persen secara mtm.

Tingginya ekspor tertopang oleh minyak kelapa sawit yang mencapai USD2,46 miliar. Atau meningkat 862,66 persen dari bulan sebelumnya. Terlepas dari kinerja komoditas CPO yang masih menjanjikan di tingkat pasar global, Indonesia tidak bisa terus terlena dengan situasi tersebut. Negara ini harus segera melangkah untuk mengamankan ketahanan energinya.

Bagaimana caranya?

Indonesia mau tidak mau harus memiliki tekad yang kuat untuk energi hijau. Salah satunya dengan mengembangkan green diesel atau D100. Ini sebagai bahan campuran untuk program bahan bakar nabati biodiesel. Pasalnya, D100 tersebut mempunyai sifat yang sama seperti minyak solar.

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo berharap, kelak pengembangan D100 dapat mendukung penerapan program mandatori biodiesel 40 persen. Apalagi perusahaan migas pelat merah, yakni Pertamina berhasil melakukan uji coba produksi green diesel (D100).

“Kita perlu klarifikasi. Istilahnya biar masyarakat juga paham. Kalau biodiesel 100 persen maksimal di B40. Setelah itu harus ada campuran dengan D100 biar kualitasnya lebih bagus. Mendapatkan bahan bakar yang lebih cocok dengan mesin sesuai minyak solar,” kata Edi Wibowo.

Penggunaan B100 sebenarnya bisa saja terjadi. Namun, penerapan B100 hanya dapat terimplementasikan untuk jenis kendaraan atau mobil dengan putaran rendah.

“Kalau kita gunakan D100 sangat mungkin. Jadi kita gunakan karena speknya sama dengan solar kalau gunakan D100 itu bisa,” katanya.

Sebelumnya, Pertamina memiliki target produksi green diesel (D100) hingga mencapai 100.000 barel per hari (bph). Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan beberapa kilang perseroan yang ada saat ini. Untuk merealisasikan target tersebut.

Namun, memang perlu investasi tambahan agar bisa mencapai target tersebut. Beberapa kilang yang akan termodifikasi beberapa unitnya untuk mengolah green diesel. Antara lain, Kilang Plaju (Sumatra Selatan), Kilang Cilacap (Jawa Tengah), Kilang Dumai (Riau), dan juga Kilang Balikpapan (Kalimantan Timur).

Indonesia yang merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia saat ini telah memiliki campuran wajib 30 persen bahan bakar berbasis minyak sawit dalam biodieselnya. Pemerintah telah mempertimbangkan untuk menaikkannya menjadi 35 persen atau 40 persen untuk mendukung harga buah kelapa sawit lokal.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintahan Prabowo-Gibran Optimalkan Deteksi Dini Cegah Peredaran Narkoba

Oleh : Dhita Karuniawati )* Pemerintahan Prabowo-Gibran tengah gencar memperkuat pencegahan dan pemberantasan Narkoba sebagai program keenam dari 17 program...
- Advertisement -

Baca berita yang ini