Raja Charles Memangkas Jumlah Tamu dan Menghilangkan Tradisi Kuno di Hari Penobatannya

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Raja Charles III berencana untuk mengubah penobatannya dengan hanya 6.000 tamu dan menghilangkan tradisi kuno serta mengurangi layanan empat jam menjadi hanya 40 menit.

Rencana ini akan berbeda dengan layanan penobatan Ratu Elizebeth II yang disiarkan selama tiga jam di televisi untuk pertama kalinya.

Setelah kebaktian, ratu mengambil bagian dalam prosesi penobatan sepanjang empat mil melalui London yang dirancang agar dia dapat dilihat oleh sebanyak mungkin orang.

Sebayak 8.251 tamu menghadiri upacara penobatan ratu di Westminster Abbey pada tahun 1953. Namun Charles memilih untuk memangkas daftar tamu pada acara penobatannya.

Jumlah tamu yang awalnya 8.000 orang berkurang menjadi 6.000 orang dengan beberapa anggota parlemen dan rekan-rekan yang ditinggalkan.

Terdapat diskusi yang diadakan tentang memperkenalkan kode berpakaian yang lebih santai dengan pakaian santai daripada jubah seremonial.

Raja telah menanggalkan banyak penobatan sebagai pengakuan bahwa dunia telah berubah dalam 70 tahun terakhir.

Perubahan juga sedang dilakukan yang akan membuat layanan berlangsung lebih dari satu jam, bukan spektakuler hingga tiga jam seperti rencana semula.

Mengikuti tradisi, Duke of Norfolk bertanggung jawab untuk mengatur Penobatan Charles, dengan Pangeran William yang juga akan terlibat.

Satu detail kecil namun penting yang akan dihapus dari prosesi karena iklim ekonomi saat ini adalah penyerahan emas secara tradisional kepada raja.

Kursi beludru yang dibuat untuk penobatan 1953 kemungkinan akan diganti dengan tempat duduk biasa.

Upacara ini akan disirkan di televisi dan diharapkan menarik banyak penonton dari seluruh dunia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Komitmen Pemerintah Wujudkan Kemandirian Ekonomi Papua Melalui Lumbung Pangan Nasional

*) Oleh : Ratna Juwita Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto telah menunjukkankomitmen kuat untuk melakukan pembangunan Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Merauke, Papua. Melalui program ini, diharapkan Papua tidak hanyamenjadi daerah yang mandiri dalam hal pangan, tetapi juga menjadi motor perekonomian yang memberikan dampak positif bagi seluruh masyarakat.  Sejak diluncurkan, program Lumbung Pangan Nasional yang berbasis di KabupatenMerauke ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Salah satunya adalahtokoh masyarakat adat Papua, Bonefasius Muenda, yang mengungkapkan bahwaPresiden Prabowo Subianto memiliki perhatian besar terhadap pembangunan di Papua. Menurut Muenda, upaya pemerintah untuk menjadikan Merauke sebagai Lumbung Pangan Nasional mencerminkan niat tulus Presiden Prabowo untuk menyejahterakanmasyarakat Papua. Hal ini tidak hanya terlihat dari kebijakan yang digulirkan, tetapijuga dari langkah konkret yang telah diambil untuk membangun infrastrukturpendukung, membuka lapangan pekerjaan, serta mendorong keterlibatan masyarakatdalam proses pembangunan. Menurutnya, program ini akan memberikan dampak langsung terhadap ekonomimasyarakat setempat, yang selama ini lebih banyak bergantung pada sektortradisional dan terbatas pada kegiatan pertanian subsisten. Melalui Lumbung Pangan Nasional, Merauke akan menjadi daerah yang tidak hanyamengelola hasil pertanian untuk kebutuhan lokal, tetapi juga untuk mendukungketahanan pangan nasional. Dengan lahan yang subur dan potensi besar dalamsektor pertanian, Merauke menjadi pilihan ideal untuk menjadi pusat produksi pangan, baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Kemudian, Presiden Prabowo juga akan membangun sejumlah infrastrukturpendukung berupa dermaga di Wanam dan jalan sepanjang 135 kilometer dariWanam ke Muting. Infrastruktur tersebut akan memberikan akses bagi petani untukmengangkut alat-alat pertanian dan hasil panen. Dengan kondisi lahan yang rata dan berawa,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini