MATA INDONESIA, JAKARTA-Masyarakat Majene, Sulawesi Barat diminta tetap waspada terhadap gempa bumi susulan yang bakal terjadi. Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM memprediksi gempa bumi susulan dengan kekuatan lebih kecil bakal terjadi.
Namun, Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani, meminta masyarakat Kabupaten Majene untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
“Apabila terdapat retakan tanah pada bagian atas perbukitan akibat guncangan gempa bumi, agar waspada terhadap kemungkinan terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu guncangan gempa bumi dan curah hujan tinggi,” ujar Kasbani dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Jumat, 15 Januari 2021.
Kasbani menyebutkan kondisi geologi daerah di Kabupaten Majene dan sekitarnya Provinsi Sulawesi Barat, merupakan morfologi perbukitan hingga perbukitan terjal, lembah dan dataran pantai yang tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier (terdiri dari batuan metamorf, meta sedimen), Tersier (terdiri dari batuan sedimen, batugamping, gunungapi) dan Endapan Kuarter (terdiri dari endapan pantai dan aluvial).
Kasbanani mengata sebagian batuan berumur Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan tersebut bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.
“Selain itu morfologi terjal yang tertutup oleh batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan akan berpotensi terjadi gerakan tanah atau longsoran apabila dipicu guncangan gempabumi kuat di daerah ini,” kata Kasbani.
Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) dan Badan Geologi Jerman (GFZ), maka kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa bumi berupa sesar naik (dengan kedudukan N 28°E, dip 21° dan rake 104° atau kedudukan N 351°E, dip 16° dan slip 94°).
Kasbani menjelaskan dari data tersebut terlihat bahwa sesar naik ini tergolong sudut landai dan blok bagian timur relatif bergerak naik terhadap blok bagian barat bidang sesar.
“Jalur sesar naik ini berasosiasi dengan lipatan (fold thrust belt) yang banyak terdapat di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat. Jalur sesar naik ini diperkirakan menerus ke arah darat,” katanya.
Kasbani menerangkan kejadian gempa bumi ini diperkirakan diawali dengan gempa bumi pembuka (foreshock) yang terjadi sebelumnya pada hari Kamis tanggal 14 Januari 2021, pukul 13.35 WIB, dengan magnitudo (M) 5,9.
Menurut data Badan Geologi, gempabumi akibat sesar naik di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat pernah memicu terjadinya tsunami pada tahun 1928, 1967, 1969 dan 1984. Otoritas tersebut pada hari Jumat, tanggal 15 Januari 2021, pukul 01.28 WIB, melaporkan pusat gempa bumi terletak di darat pada koordinat 2,98°LS dan 118,94°BT, dengan magnitudo (M6,2) pada kedalaman 10 Kilometer.
“Berjarak sekitar 35 Kilometer Selatan Kota Mamuju, ibu kota Provinsi Sulawesi Barat dan berjarak sekitar 62,2 Kilometer Utara Kota Majene, ibu kota Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat,” katanya.