MATA INDONESIA, JAKARTA-PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA terus melebarkan sayap bisnisnya di luar negeri. Kali ini, bakal membangun pabrik kereta api di negara Benua Afrika.
Direktur Utama INKA, Budi Noviantoro mengatakan, pihaknya tengah berfokus melakukan penetrasi ke pasar Afrika.
“Jadi saat ini kita sudah masuk di Afrika, ada tiga negara yang sudah deal dengan INKA,” ujar Budi dalam acara Ngopi BUMN secara virtual, Rabu 18 November 2020.
Nantinya, INKA bekerja dengan beberapa perusahaan di benua Amerika. Setidaknya, ada satu atau dua pabrik yang dibangun.
Budi juga menjelaskan peluang pembangunan lintasan kereta api di benua Afrika yang tercantum dalam peta proyek African Belt Economic Development (ABED) menghubungkan negara-negara network yang memiliki keterbatasan dalam jual beli komoditi ke luar negeri.
“Jadi, ada Mali-Senegal ada 1.929 Km yang harus kita upgrade, kemudian Burkina Faso-Pantai Gading kira-kira 622 Km dan seterusnya, yang paling besar adalah masuk di area DRC Kongo, jadi ada Kongo dan DRC Kongo, kira kira realisasinya sekitar 4.000 Km tapi mereka minta lagi untuk double track bisa saja 11.000 Km, ini di sekitaran Kongo saja,” katanya.
Pembayaran pembangunan lintasan kereta api ini menggunakan skema pemanfaatan sumber daya alam tiap negara. Nantinya, INKA bisa menyerap sumber daya tersebut dalam masa waktu tertentu sebagai timbal balik dari membangun lintas kereta api.
Selain pasar Afrika, INKA juga tengah membidik pasar Amerika Latin seperti Guyana, Suriname, Honduras.
Budi mengatakan, INKA menawarkan satu paket mulai dari survei, desain, konstruksi, pengadaan, supervisi dan operator yang dimasukkan ke dalam satu paket termasuk training tenaga lokal untuk bisa membantu mengoperasikan kereta atau proyek lainnya.
“Kata kuncinya, mereka sudah agak bosan dengan produk Cina. Memang agak jauh tapi itulah pasar yang masih memungkinkan INKA dan BUMN lain masuk,” ujarnya.