MATA INDONESIA, JAKARTA – Propaganda yang dilakukan oleh kelompok separatis Papua (KSP) harus dilawan. Pengamat intelijen, Stanislaus Riyanta menilai bahwa kontra propaganda harus terus dilakukan untuk mengantisipasi adanya upaya penggiringan opini dari KSP.
“Kontra propaganda harus terus dilakukan dengan masif. Negara tidak boleh kalah dengan apapun yang dilakukan oleh KSP,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Selasa 27 April 2021.
Hal ini tidak lepas dari pernyataan yang dikemukakan oleh kelompok separatis tersebut. Mereka menyatakan bahwa dua guru yang ditembak merupakan mata-mata aparat.
Alasan ini langsung dibantah keras oleh Kepala Humas Satgas Nemangkawi Kombes Pol Iqbal Alqudusy. Ia menyatakan bahwa dua guru yang masing-masing bernama Oktavianus Rayo dan Yonatan Renden bukan mata-mata aparat.
“Buktinya apa Bapa Oktavianus dan Bapa Yonatan intel? Itu semua hanya alasan klasik mereka untuk menggiring opini publik supaya aksi teror mereka dimaklumi,” kata Iqbal.
Iqbal juga menegaskan bahwa aksi teror dalam bentuk apapun tidak dibenarkan apalagi sampai menghilangkan nyawa masyarakat.
“Almarhum Bapa Oktavianus dan Bapa Yonatan ini hanya guru yang tinggal disini dengan niat mulia mencerdaskan anak-anak kabupaten Puncak Papua. Siapapun yang berhatinurani pasti tidak akan membenarkan penembakan keji tersebut,” kata Iqbal.
Iqbal juga menegaskan bahwa kelompok separatis Papua tersebut tidak segan untuk membunuh, membakar dan menembak masyarakat sipil pendatang. Setelahnya, mereka kerap mengupdatenya di media sosial sebagai sebuah pencapaian. Hal inilah yang menjadi modus komunikasi kelompok tersebut.
“Menengok kembali peristiwa 22 Mei 2020 lalu saat ada tenaga medis Covid-19 yang ditembak dan dilabeli intel oleh KSP. Dan hal ini kembali berulang namun menimpa bapa-bapa guru di Beoga, Kabupaten Puncak Papua,” kata Iqbal.