MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Pengembangan Food Estate (FE) di Kalimantan Tengah berada di area seluas 30 ribu hectare dan berlokasi di kabupaten Pulang Pisau (10 ribu hectare) dan Kapuas (20 ribu hectare).
Kementerian Pertanian, dinas pertanian daerah dan petani saling bahu-membahu mewujudkan program Presiden RI, Joko Widodo tersebut. Komoditas yang dikembangkan meliputi aneka tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, serta perikanan.
Daerah yang digadang-gadang menjadi lumbung pangan nasional ini mengombinasikan antara sawah yang ditaman padi, kemudian di pinggirnya ditanam jeruk, bawang merah, dan kelapa.
Kini, para petani yang berada di wilayah Food Estate, Kalimantan Tengah pun tengah bersiap melakukan panen. Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah, Syamsudin mengungkapkan bahwa rata-rata hasil panen akan mendapatka 4 hingga 6 top per hectare.
“Kami sudah melihat kondisi lahan dan pertanaman, dan siap dilakukan panen pada minggu pertama Februari sekitar 200-250 hektare,” kaya Syamsuddin di Jakarta, Minggu, 31 Januari 2021.
“Kami akan terus mengawal dan memberikan pendampingan sesuai rekomendasi tim, seperti perlakuan lahan, cara tanam dan budidaya sehingga hasil dari pertanaman dapat optimal,” lanjutnya.
Secara terpisah, Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan, sejak awal dimulainya program Food Estate, Balitbangtan telah menerjunkan tim terbaiknya dalam melakukan pengkajian, memberikan rekomendasi, serta melakukan pendampingan, baik kepada pemerintah daerah setempat ataupun langsung kepada para petani.
“Food Estate adalah program super prioritas, di sini kami juga telah membangun center of excellent yaitu model ideal food estate yang sesuai dengan kondisi petani serta peluang industri. Lokasi tersebut yang akan menjadi pusat percontohan bagi kawasan di sekitarnya,” tutur Fadjry.
Sebagai catatan, Balitbangtan telah menerapkan teknologi budidaya Rawa Intensif, Super dan Aktual (RAISA) yang dapat mendukung produksi padi, meski pada lahan dengan kandungan zat besi dan natrium yang tinggi.
“Dengan aplikasi teknologi ini akan dapat meningkatkan produktivitas padi serta diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200 atau bahkan IP 300 dalam setahun,” sambung Fadjry.
Sejumlah petani bahkan telah melakukan panen dengan hasil yang terbilang memuaskan. Salah satu contohnya adalah Taufik, petani padi. Taufik merupakan petani di Desa Belanti Siam yang memperoleh hasil sekitar 6,4 ton padi per hectare pada panennya kali ini.
“Varietas yang kami tanam inpari 42 dan Alhamdulillah hasilnya meningkat daripada kemarin. Hasil panen ini juga siap kami gunakan sebagai benih,” kata Taufik.