MATA INDONESIA, KIEV – Meski mengaku pasrah karena Ukraina tak dapat menjadi anggota NATO, Presiden Volodymyr Zelenskyy meningkatkan kritik terhadap Aliansi Pertahanan Atlantik Utara yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) itu.
Presiden berusia 44 tahun itu mempertanyakan komitmen NATO terhadap klausul pertahanan kolektif Pasal 5. Dalam sebuah pidato, Presiden Zelenskyy menegaskan bahwa pasal tersebut tidak pernah terlihat inferior.
“Pasal 5 tidak pernah terlihat selemah seperti sekarang ini,” kata Presiden Volodymy Zelenskyy dalam pidato video, melansir Reuters, Rabu, 16 Maret 2022.
Hingga invasi pekan ketiga, NATO belum juga mengirimkan pasukan untuk membela Ukraina – yang notabene bukan anggota. Presiden Zelenskyy pun menyarankan NATO untuk bereaksi dengan cara yang sama terhadap salah satu anggotanya ketika diserang oleh Rusia.
Para pemimpin NATO sebelumnya telah menolak saran tersebut. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan selama kunjungan ke Lithuania bahwa Paman Sam memiliki komitmen suci terhadap Pasal 5 jaminan pertahanan timbal balik antara negara-negara anggota.
Pada Kamis (24/3), Presiden Rusia, Vladimir Putin menginstruksikan operasi militer khusus ke Ukraina – setelah pada 22 Februari 2022 mengakui Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) sebagai wilayah yang independen.
Presiden Putin juga berdalih bahwa operasi militer khusus ke Ukraina untuk kehidupan yang damai bagi warga Donbass, untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina, sehingga Moskow tidak dapat diancam oleh kelompok anti-Rusia di wilayah perbatasan.