Presiden BWF Poul-Erik Hoyer Larsen Didiagnosis Idap Parkinson

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Presiden Federasi Bulutangkis Dunia (BWF), Poul-Erik Hoyer Larsen memutuskan bicara ke publik terkait kondisi kesehatannya yang didiagnosis mengidap parkinson.

Peraih medali emas Olimpiade 1996 itu mengonfirmasi terkait penyakit yang diidapnya kepada sebuah surat kabar Denmark, Rabu 2 September 2020. Poul-Erik mengaku, didiagnosis mengidap parkinson beberapa tahun lalu.

Saat ini Poul-Erik sudah menjalani perawatan atas kondisinya dan dengan bantuan dokter, dia terus menjalani tugasnya sebagai presiden BWF dan anggota IOC (International Olimpic Committee).

“Saya merasa ini waktu yang tepat untuk memberitakannya ke publik. Dalam beberapa artikel, saya membuat keputusan untuk merahasiakan kondisi kesehatan saya hingga kini dengan alasan pribadi,” ujar Poul-Erik, di laman resmi BWF.

“Ilmu kedokteran berkembang pesat dalam menangani penyakit parkinson dan saya merasakan dampak yang sangat kecil dari penyakit tersebut di kehidupan sehari-hari,” katanya.

“Sepenuhnya saya fokus untuk memimpin Federasi Bulutangkis Dunia dan menjalankan tugas saya sebagai anggota IOC. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada bulutangkis dan komunitas olahraga atas dukungan penuhnya. Saya tak sabar memimpin BWF karena kami merencanakan kembali menggelar turnamen dengan memperhatikan protokol kesehatan,” tuturnya.

Penyakit parkinson adalah kelainan pada sistem saraf progresif yang berpengaruh terhadap gerakan. Hingga kini belum diketahui penyebab terjadinya parkinson. Penyakit ini juga pernah diidap legenda tinju dunia, Muhammad Ali.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini