MATA INDONESIA, JAKARTA-Ilmuwan Australia saat ini sedang mengembangkan satelit pertama di negara tersebut yang dirancang untuk memprediksi di mana kebakaran hutan akan terjadi. Hal ini dilakukan mengingat hampir berbulan-bulan terjadi kebakaran hebat di negeri Kangguru tersebut.
Dikutip dari ‘Channel News Asia’, Australian National University mengatakan sebuah tim sedang menciptakan satelit sebesar ukuran kotak sepatu yang akan mengukur perubahan tutupan hutan serta tingkat kelembaban menggunakan detektor inframerah.
Diharapkan data ini akan membantu menentukan di mana kebakaran hutan akan mulai terjadi dan di mana api yang mungkin sulit untuk dikendalikan.
“Teknologi (satelit, red) akan secara khusus diinstal untuk mendeteksi perubahan pada tanaman dan pohon Australia, seperti eucalypts, yang sangat mudah terbakar,” kata perwakilan Australian National University.
Rencananya, universitas tersebut akan berkerja sama dengan sektor swasta untuk meluncurkan satelit baru ke orbit rendah Bumi. Menurut ahli penginderaan jauh yaitu Marta Yebra, data yang dideteksi dari satelit akan dibagikan kepada petugas pemadam kebakaran.
“Teknologi dan data inframerah ini, yang saat ini tidak tersedia, akan membantu mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan kebakaran hutan, serta dampak jangka panjangnya terhadap masyarakat, ekonomi, dan lingkungan Australia,” ujar Marta Yebra.
Diperkirakan butuh waktu lima tahun sebelum ilmuwan dapat menggunakan satelit tersebut. Selama musim panas, Australia yang rentan terhadap kebakaran hutan mengalami salah satu kebakaran terburuk yang pernah ada.
Diketahui, lebih dari 30 orang tewas, ribuan rumah hancur, lebih dari 10 juta hektar terbakar dan setidaknya satu miliar hewan mati.
Para peneliti mengatakan pemanasan global memperpanjang musim panas negara tersebut dan membuatnya semakin berbahaya. Dengan musim dingin yang lebih pendek membuatnya lebih sulit untuk melakukan pekerjaan pencegahan kebakaran hutan. (Anis Fairuz)