MATA INDONESIA, JAKARTA – kasus ES, oknum PNS Yahukimo yang memasok senjata untuk Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua kemungkinan besar didasarkan oleh sejumlah motif.
Menurut pengamat Terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Zaki Mubarak, ada dua kemungkinan oknum PNS tersebut bisa bergabung dan ikut menyuplai amunisi untuk KST Papua. Ia menjelaskna bahwa motifnya bisa karena bisnis atau karena urusan ideologis.
“Jika bisnis, berarti hanya sekedar cari untung,” katanya, Jumat 24 September 2021.
Menurut Zaki, KST Papua sanggup membayar mahal karena mereka memiliki finansial yang cukup baik dari hasil pengamanan berbagai proyek.
“Sebagian bisa dari wilayah bekas konflik di Maluku dan Poso, maupun senjata-senjata selundupan dari Filipina,” ujarnya.
Sedangkan kalau terkait faktor ideologis, bisa jadi oknum PNS itu bukanlah pendukung NKRI, melainkan Papua Merdeka.
“Orang-orang seperti ini bisa manfaatkan posisinya sebagai PNS untuk membantu KST, baik dari segi finansial, jaringan, termasuk mensuplai senjata. Jika motifnya idelogis, tentu lebih mengkhawatirkan dan berbahaya,” katanya.
Selanjutnya ia mendorong agar aparat keamanan untuk segera menggali dan memastikan motif dari ES yang kedapatan terlibat menjadi pemasok senjata api ke KST. Termasuk dari mana dia mendapatkan suplai senjata tersebut.
“ES tidak mungkin bergerak sendirian dalam menjalankan bisnis senjata ilegal tersebut. Sehingga banyak kemungkinan yang bisa melatarbelakangi sampai ES berani membelot ke KST,” ujarnya.
“Ada berbagai kemungkinan. Jika di TNI saja, yang sudah mendapatkan pendidikan keras soal wawasan kebangsaan, bisa membelot apalagi Akan yang relatif longgar,” tambahnya.
Zaki juga mengungkapkan bahwa bagi aparat-aparat desa di wilayah konflik selalu dalam posisi yang sulit. Mereka harus melakukan pilihan- pilihan yang penuh risiko, termasuk juga bisa dialami ES. Dimana bila dianggap terlalu pro NKRI dan berpartisipasi memburu anggota KST, pasti akan dianggap musuh oleh pihak KST.
“Keselamatannya bisa terancam kapan saja. Sebaliknya jika mereka pasif atau terkesan membantu KST, tentu saja kan mendapat tekanan dari aparat keamanan Indonesia. Biasanya di desa-desa yang intensitas konflik tinggi mereka akan cenderung menghindari risiko,” katanya.
Seperti diketahui sebelumnya, ES, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Yahukimo, Papua ditangkap karena diduga menjadi pemasok atau penyuplai senjata api ke Kelompok Separatis Teroris (KST) di wilayah itu.
Polisi masih mendalami lebih jauh keterlibatan ES. Adapun penyelidikan yang dilakukan dengan memeriksa laptop maupun ponsel milik ES.
Dari pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan sejumlah file yang disimpan ES sebagai data perhitungan peluru maupun barang-barang lainnya.