MATA INDONESIA, BOUVINES – Di seluruh Eropa Utara dan Barat, produsen sayur sedang mempertimbangkan untuk menghentikan kegiatan mereka karena pukulan finansial dari krisis energi Eropa yang semakin mengancam pasokan makanan.
Lonjakan harga listrik dan gas akan berdampak pada tanaman yang tumbuh selama musim dingin. Komoditas tersebut meliputi tomat, paprika, dan mentimun. Selain itu juga berpengaruh pad tanaman yang perlu bertempat di ruangan yang dingin seperti apel, bawang, dan endives.
Petani Eropa saat ini sedang kebingungan mengenai apa yang harus mereka panen di musim dingin nanti. Pukulan terhadap produksi dan lonjakan harga supermarket dapat beralih ke sumber lain dari negara-negara yang lebih hangat seperti Maroko,Turki, Tunisia, dan Mesir.
Lonjakan harga gas adalah biaya terbesar yang dihadapi petani sayuran di dalam rumah kaca. Dua petani Prancis yang memperbarui kontrak listrik mereka untuk 2023 mengatakan mereka mengutip harga lebih dari 10 kali lipat dari tahun 2021.
Petani tidak hanya bersaing dengan harga nergi yang melonjak. Mereka juga bertarung dengan biaya pupuk, pengemasan, dan transportasi yang semuanya meningkat dan membahayakan margin.
Melansir dari Reuters, wakil manajer penjualan kperasi Reichenau-Gemuse, mengatakan “Kami menghadapi peningkatan biaya produksi secara keseluruhan sekitar 30 persen.”
Energi menyumbang antara setengah dan dua pertiga dari biaya tambahan panen. Bahkan di negara-negara yang terkena sinar atahari seperti Spanyol, petani buah dan sayuran bergulat dengan kenaikan biaya pupuk sebesar 23 persen.